BERIMAN TERHADAP HADITS-HADITS
TENTANG TURUNNYA NABI ISA AS MENJELANG HARI KIAMAT
Ada sebagian
kaum muslimin yang menolak hadits-hadits tentang turunnya Nabi Isa as. Hadits-hadits
tersebut antara lain:
a.
Dari Abu Hurairah, Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi
jiwaku yang berada di tangan-Nya. Sebentar lagi Isa bin Maryam akan turun di
tengah-tengah kalian sebagai hakim yang adil. Beliau akan menghancurkan salib,
membunuh babi, menghapus jizyah (upeti), harta semakin banyak dan semakin
berkah sampai seseorang tidak ada yang menerima harta itu lagi (sebagai
sedekah, pen), dan sujud seseorang lebih disukai daripada dunia dan seisinya.”
Abu Hurairah lalu mengatakan, “Bacalah
jika kalian suka: “Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab,
kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat
nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (QS. An Nisa’: 159)”
(HR. Bukhari no. 3448 dan Muslim no. 155)
b.
Dari Jabir bin ‘Abdillah, Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan
senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang memperjuangkan kebenaran
dan meraih kemenangan hingga hari kiamat.” Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam pun mengatakan: “Kemudia Isa bin
Maryam turun ke muka bumi. Lalu pemimpin mereka-mereka tadi mengatakan pada
Isa, “Jadilah imam shalat bersama kami.” “Tidak. Sesungguhnya di antara kalian
sudah menjadi pemimpin bagi yang lain. Allah betul-betul telah memuliakan umat
ini”, jawab Isa.” (HR. Muslim no. 156)
Orang-orang yang mengingkari hadits-hadits tentang turunnya Nabi Isa
berdalil dengan ayat Al-Qur’an berikut ini:
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman:
"Hai 'Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada AKHIR
AJALMU (MEWAFATKANMU) dan
mengangkat kamu kepada-Ku." (QS. Ali `Imran: 55)
"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali
apa yang Engkau perintahkan mengatakan, yaitu: Sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu. Dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di
tengah-tengah mereka, tetapi setelah Engkau MEWAFATKAN aku. Engkaulah yang mengawasi mereka dan Engkau pulalah
yang menyaksikan segalanya." (QS. Al Maidah:
117)
Berikut beberapa
contoh penolakan tentang hadits turunnya Nabi Isa as:
Dr. Quraish Shihab, dalam harian Republika, halm 10 tanggal 18 Nopember 1994 berkata: "Bahwa Isa as kini masih hidup
di langit, bukanlah satu kewajiban
untuk mempercayainya, serta beberapa hadits yang berkaitan dengan kenaikan Isa
Al Masih dan akan turunnya kelak menjelang kiamat. Hadits-hadits
tersebut walaupun banyak kesemuanya bermuara pada dua orang saja, yang keduanya
bekas penganut agama Kristen, yaitu Ka'ab Al Akhbar dan Wahab bin Munabbih.
Tidak sedikit ulama yang menilai bahwa informasi mereka pada hakekatnya
bersandar dari sisa kepercayaan kedua perowi hadits-hadits itu."
Hj. Irena Handono dalam bukunya Mempertanyakan Kebangkitan
dan Kenaikan Isa Almasih, berkata:
“Mengacu kembali akan ketidakbenaran konsep kenaikan Isa Al Masih
ke dunia yang juga tertolak. Marilah kita simak
penjelasan Al-Qur'an surat Al-Maidah 117:
“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan mengatakan, yaitu: Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Dan aku
menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di tengah-tengah rnereka,
tetapi setelah Engkau MEWAFATKAN aku. Engkaulah yang mengawasi mereka dan Engkau pulalah yang menyaksikan
segalanya."
Jadi, isi pernyataan Nabi Isa as adalah pertama, beliau
sanggup bersaksi hanya sepanjang yang beliau ketahui (selama beliau hidup
diantara mereka/bani Israel); kedua, beliau diwafatkan Allah;
ketiga, Allah-lah, penguasa hari akhir zaman, satu-satunya hakim. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam At-Tin 8:
"Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?"
Pendapat sebagian kalangan umat Islam bahwa Isa Al Masih
yang di langit akan turun ke dunia untuk menjadi hakim di akhir zaman justru
dimanfaatkan kalangan Kristen sebagai bahan argumentasi bagi penyimpulan mereka
bahwa siapa yang layak jadi hakim kalau bukan Tuhan? Kalau umat Islam mengakui
Isa Al Masih sebagai hakim di akhir zaman berarti umat Islam meyakini Isa Al
Masih sebagai Tuhan di akhir zaman.” (Mempertanyakan Kebangkitan dan Kenaikan Isa Almasih oleh
Hj. Irena Handono)
Orang yang
mengingkari hadits tentang turunnya Nabi Isa menganggap bertentangan dengan
ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Nabi Isa telah wafat. Padahal dari segi
tafsir kata wafat tersebut telah ditafsirkan oleh para ulama.
Ibnu Jarir
Ath-Thobari rahimahullah
menafsirkan dengan: “Sesungguhnya aku menarikmu dari bumi dan mengangkatmu ke
langit. Alasannya, karena hadits-hadits mutawatir dari Rasulullah saw. di
antaranya hadits yang menyebutkan bahwa nabi Isa akan turun, dan ia akan
membunuh Dajjal, kemudian bertahan di muka bumi dalam jangka waktu tertentu.”
(Tafsir Jami' Al Bayan 3/256)
Asy-Syaukani rahimahullah berkata: “Yang
tepat adalah bahwa Allah mengangkat nabi Isa ke langit tanpa diwafatkan
terlebih dahulu. Pendapat ini didukung oleh mufassir-mufassir dan dipilih oleh
Ibnu Jarir at Thabari. Alasannya ialah hadits shahih dari Nabi saw. yang
mengabarkan turunnya nabi Isa dan akan membunuh Dajjal.” (Tafsir Fathul Qadir 1/344)
Ibnu Katsir rahimahullah
mengatakan: “Allah mengabarkan bahwa Isa akan diangkat ke langit, beliau masih
hidup dan akan turun sebelum hari kiamat sebagaimana diceritakan dalam banyak
hadits (hadits mutawatir).” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 4/244-245)
Dalil-dalil yang dapat dijadikan bukti bahwa Nabi Isa
masih hidup di antaranya firman Allah Surat An-Nisa' ayat 157-159: “dan
karena ucapan mereka: "Sesungguhnya
kami telah membunuh al-Masih, lsa putera Maryam, Rasul Allah", PADAHAL
MEREKA TIDAK MEMBUNUHNYA dan
tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang
mereka bunuh ialah) orang yang
diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya
orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu.
Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali
mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak
(pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang
sebenarnya), Allah telah mengangkat lsa kepada-Nya.
Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) SEBELUM
KEMATIANNYA (sebelum kematian
Isa). Dan di hari akhir nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (QS. An-Nisa': 157-159)
“… kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum
kematiannya”, yang dimaksud sebelum kematiannya
adalah sebelum kematian Isa. Maksudnya adalah sebagaimana penjelasan Ibnu Jarir Ath Thobari, “Mereka
seluruhnya akan membenarkan Nabi Isa ketika ia turun ke dunia untuk membunuh
Dajjal. Sehingga ketika itu agama hanya ada satu yaitu agama Islam yang lurus,
agama Ibrahim.” (Tafsir Ath Thobari, 9/379)
Ibnu ‘Abbas mengatakan
bahwa maksud ayat tersebut adalah sebelum kematian Isa bin Maryam.
Abu Malik mengatakan bahwa
yang dimaksud adalah ketika Isa bin Maryam turun, yaitu tidak ada satu pun ahli
kitab yang tersisa kecuali mereka akan beriman pada Nabi Isa.
Al Hasan mengatakan bahwa
maksud ayat ini adalah sebelum kematian Isa dan -demi Allah- Isa saat ini masih
hidup, berada di sisi Allah. Ketika beliau turun lagi ke bumi, semua pasti akan
mengimani beliau.
Qotadah mengatakan maksud
ayat ini adalah sebelum kematian Isa dan jika beliau turun ke muka bumi, semua
agama akan beriman pada beliau.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa
ketika Isa bin Maryam turun lagi ke bumi, ia akan membunuh Dajjal. Lalu tidak
akan tersisa lagi seorang pun Yahudi kecuali akan beriman padanya.
Ath Thobari mengatakan,
“Jika Isa turun ke muka bumi, maka orang Yahudi akan beriman padanya.”
Ibnu Katsir rahimahullah
mengatakan: “Tidak ragu lagi bahwa pendapat (tafsiran pertama) itulah yang
lebih tepat. Karena tafsiran ini adalah maksud dari konteks ayat sebelumnya
yang membicarakan mengenai keyakinan Yahudi bahwa mereka telah membunuh Isa dan
menyalibnya. Orang-orang Nashrani yang jahil pun membenarkan hal ini. Lalu
Allah memberitahukan bahwa keadaan senyatanya adalah tidak demikian.
Sesungguhnya yang dibunuh adalah yang diserupakan dengan Isa dan mereka tidak
mengetahui hal ini. Allah mengabarkan bahwa Isa akan diangkat ke langit, beliau
masih hidup dan akan turun sebelum hari kiamat sebagaimana diceritakan dalam
banyak hadits (hadits mutawatir).” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 4/244-245)
Adapun derajat
hadits-hadits tentang turunnya Nabi Isa mencapai derajat mutawatir sebagaimana
dikatakan oleh para ulama.
Ibnu Katsir menjelaskan
bahwa hadits yang membicarakan mengenai turunnya Nabi Isa di akhir zaman adalah
hadits yang mutawatir (mutawatir makna) yaitu terdiri dari banyak hadits dan
membicarakan satu maksud yaitu bahwa Nabi Isa akan turun menjelang hari kiamat.
(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 4/244-245)
Dalam kesempatan
yang lain, Ibnu Katsir rahimahullah
menjelaskan: “Hadits-hadits tersebut (yang membicarakan turunnya Isa di akhir
zaman, pen) adalah hadits yang mutawatir dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dari riwayat Abu Hurairah, Ibnu Mas’ud, Utsman bin Abil ‘Ash, Abu
Umamah, An Nawas bin Sam’an, Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Mujammi’ bin
Jariyah, Abu Sarihah, dan Hudzaifah bin Usaid.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim,
4/363)
Ibnu Katsir berkata:
“Telah mutawatir hadits-hadits dari Rasulullah saw yang memberitahukan akan
turunnya Isa 'alaihissalam sebelum hari kiamat sebagai pemimpin dan hakim yang
adil.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim 7/223)
As Safarini mengatakan:
“Umat Islam telah sepakat bahwa Isa betul-betul akan turun kembali dan tidak
ada satu pun yang menyelisihi pendapat ini. Yang mengingkari hal ini hanyalah
para filosof dan kelompok yang menyimpang. Mereka-mereka ini sebenarnya tidak
perlu dianggap perkataannya. Para ulama telah menyepakati hal ini dan mereka
yakini bahwa Isa akan berhukum dengan syariat Muhammad dan bukan membawa ajaran
baru yang berdiri sendiri ketika ia turun dari langit.” (Lawami’ul Anwar Al
Bahiyah, 1/94-95. Dinukil dari Asyrotus Saa’ah, 1/150)
Ibnu Abdil Barr
berkata: “Dan dalil tentang kebenaran pendapat ini (masih hidupnya Isa
sekarang) adalah hadits-hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Isa akan turun, membunuh
Dajjal, menunaikan haji yang diriwayatkan dengan sanad-sanad yang tiada cacat
padanya.” (At-Tamhid 5/440)
Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyyah berkata: “Adapun Al-Masih (Isa), dia pasti akan turun ke bumi di
atas menara putih sebelah timur Damaskus untuk membunuh Dajjal, menghancurkan
salib dan membunuh babi sebagaimana telah tetap dalam hadits-hadits yang
shahih. Oleh karenanya, beliau berada di langit kedua padahal beliau lebih
utama daripada Yusuf, Idris dan Harun karena memang dia mau turun ke bumi
sebelum tiba hari kiamat, berbeda halnya dengan para nabi lainnya.” (Majmu’ Fatawa 4/329)
Al-Hafizh
Al-Haitsami berkata dalam Bahrul
Fawaid: “Tentang turunnya Isa telah shahih dari sejumlah hadits yang
banyak sekali. Diriwayatkan oleh para imam yang terpercaya dan tidak ada yang
menolaknya kecuali orang yang sombong dan penyimpang.” (Dinukil oleh Al-Munawi dalam Faidhul Qadir 5/573. (Lihat pula Al-Manarul Munif hal. 148 oleh Ibnu Qayyim dan Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an
4/64 oleh Al-Qurthubi)
Asy-Syaukani dalam risalahnya “At-Taudhih fi Tawaturi Maa Ja’a fi Al-Mahdi wa Dajjal wal Masih”. Dalam buku ini, beliau memaparkan
sebanyak dua puluh sembilan hadits, kemudian beliau memaparkan dan
menyimpulkan: “Seluruh hadits yang saya paparkan di atas mencapai derajat
mutawatir sebagaimana tidak samar lagi bagi para peneliti (ilmu hadits).”
Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam
Fathul Bari
6/493-494 menukil ucapan Abul Hasan Al-Aburri dalam Manaqib Syafi’i: “Telah
mutawatir hadits-hadits yang menerangkan bahwa Al-Mahdi termasuk kalangan umat
ini dan Isa shalat (bermakmum) di belakangnya.”
Shiddiq Hasan Khan
berkata: “Hadits-hadits tentang akan turunnya Isa itu banyak sekali. Di
antaranya, Imam Syaukani mengemukakan dua puluh sembilan hadits antara shahih,
hasan, dan dha'if, yang di antaranya ada yang berhubungan dengan hadits-hadits
Dajjal... ada yang berhubungan dengan hadits-hadits Al- Mahdi Al-Mun-tazhar. Di
samping itu juga terdapat atsar-atsar dari para sahabat yang memiliki hukum
marfu', karena dalam kasus seperti ini tidak ada perkenan untuk berijtihad
(maka atsar-atsar sahabat itu sudah barang tentu bersumber dari Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam-Pent).” Kemudian beliau berkata: “Semua riwayat
yang telah kami kemukakan ini mencapai derajat mutawatir, sebagaimana tidak
samar bagi orang yang memiliki pengetahuan yang luas.” (Al-Idzaa'ah: 160)
Syaikh Al-Allamah
Al-Muhaddits Muhammad Nasiruddin Al-Albani dalam risalahnya yang
berjudul “Qisshah Al-Masih Dajjal wa
Nuzul Isa…” Dalam kitab ini, beliau memaparkan hadits-hadits tentang
keluarnya Dajjal dan turunnya Isa dari empat puluh sahabat. Pada hal. 24-25
beliau mengatakan: “Cukuplah akan hal itu kesepakatan para ulama pakar ahli
hadits tentang mutawatirnya hadits Dajjal dan turunnya Isa dari langit seperti
Al-Hafizh Ibnu Katsir (An-Nihayah Ibnu Katsir
1/148),
Ibnu Hajar (Fathul Bari 6/493-494) dan selainnya,
bahkan Imam As-Syaukani menulis sebuah risalah khusus berjudul “At-Taudhih fi Tawaturi Maa Ja’a fi
Al-Mahdi wa Dajjal wal Masih”.”
Al-Qadhi 'lyadh berkata:
“Masalah akan turunnya Isa dan tugasnya membunuh Dajjal adalah haq dan shahih
menurut ahli sunnah berdasarkan hadits-hadits yang shahih mengenai masalah ini.
Dan tidak ada dalil aqli maupun dalil syar'i yang membatalkannya, karena itu
wajib ditetapkan demikian.” (Syarah Shahih Muslim 18/75)
Imam Ahmad bin Hanbal
rahimahullah berkata: “Prinsip-prinsip Ahlis Sunnah menurut kami ialah
berpegang teguh dengan apa yang dipegangi oleh para sahabat Rasulullah saw,
mengikuti dan meneladani mereka, dan meninggalkan bid'ah-bid'ah karena setiap
bid'ah itu adalah sesat.” Kemudian beliau menyebutkan sejumlah aqidah Ahlis
Sunnah, lalu berkata, “Dan mengimani bahwa Al-Masih Ad-Dajjal akan muncul ke
dunia dan di antara kedua matanya terdapat tulisan 'kafir', mempercayai
hadits-hadits yang membicarakannya, serta mengimani bahwa yang demikian itu
akan terjadi dan bahwa Isa akan turun untuk membunuhnya di pintu Lodd.”
(Thobaqat Al-Hanabilah 1: 241-243 oleh Al-Qadhi Al-Hasan Muhammad bin Abi
Ya'la, terbitan Darul Ma'rifah wan-Nasyr, Beirut)
Abu Ja’far Ath-Thahawi
berkata: “Kami mempercayai tanda-tanda hari kiamat, seperti keluarnya Dajjal
dan turunnya Isa bin Maryam 'alaihissalam dari langit.” (Syarah Aqidah
Thahawiyyah: 564 dengan tahqiq Al-Albani)
Ibnu Qudamah berkata: “Kita harus
beriman terhadap setiap apa yang diinformasikan oleh Nabi dan shahih penukilan
tersebut, baik dijangkau oleh akal kita maupun tidak, kita harus percaya bahwa
bahwa itu benar adanya sekalipun kita tidak mengetahui hakekatnya seperti
hadits tentang Isra’ Mi’raj yang terjadi saat sadar bukan dalam tidur, karena
kaum kuffar Quraish mengingkarinya sedangkan mereka tidak mengingkari mimpi.
Demikian pula hadits yang menceritakan bahwa Malaikat pencabut nyawa pernah
datang kepada Nabi Musa untuk mencabut nyawanya, lalu Musa memukulnya sehingga
merusak matanya, kemudian Malaikat kembali kepada Allah sehingga dikembalikan
lagi matanya. Termasuk diantaranya juga hadits-hadits yang berkaitan tentang
tanda-tanda dekatnya hari kiamat seperti keluarnya Dajjal, turunnya Isa bin
Maryam untuk membunuhnya, keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, keluarnya hewan aneh,
terbitnya matahari dari barat dan hadits-hadits shahih lainnya yang shahih.” (Lum’atul I’tiqad
101-104 Syarh Ibnu Utsaimin)
As-Suyuthi dalam bukunya yang berjudul “Nuzul Isa bin Maryam Akhir Zaman”.
Buku ini telah dicetak Darul Kutub Ilmiyyah, Bairut dengan editor Muhammad
Abdul Qadir Atha. Dalam kitab ini, beliau menyebutkan beberapa hadits. Pada
hal. 22, beliau menegaskan bahwa turunnya Isa bin Maryam dengan menegakkan
hukum Islam didukung oleh hadits-hadits yang shahih dan kesepakatan ulama. Pada
hal. 53-54, beliau membantah syubhat dan takwil sebagian kalangan seraya
menegaskan bahwa pengingkaran turunnya Isa merupakan bentuk kekufuran. Pada
hal. 56, beliau menceritakan bahwa ada sebagian orang yang mengingkari bahwa
Isa shalat shubuh di belakang Al-Mahdi, bahkan mengarang tulisan khusus
tentangnya. Imam Suyuthi membantahnya: “Ini sangat lucu sekali, karena
shalatnya Isa di belakang Mahdi ditegaskan dalam hadits-hadits yang shahih
(lalu memaparkannya).”
Abuth-Thayyib Muhammad Syamsul Haqqil 'Azhim Abadi, pengarang kitab 'Aunul Ma'bud Syarah Sunan Abi Dawud berkata:
“Telah mutawatir khabar dari Nabi saw tentang akan turunnya Nabi Isa
'alaihissalam dari langit dengan jasadnya ke bumi ketika telah mendekati
kiamat. Dan ini adalah madzhab Ahlis Sunnah.” ('Aunul Ma'bud 11/ 457 oleh
Abuth-Thayyib Muhammad Syamsul Haqqil 'Azhim Abadi)
Syeikh Ahmad Syakir
berkata: “Kaum modernis dan kaum puritan pada masa kita sekarang ini telah
mempermainkan hadits-hadits yang secara jelas menunjukkan akan turunnya Isa bin
Maryam 'alaihissalam pada akhir zaman sebelum berakhirnya kehidupan dunia,
dengan mentakwilkannya untuk mengingkarinya, dan pada saat yang lain dengan
terang-terangan mengingkarinya. Hal ini sebenarnya disebabkan mereka tidak beriman
kepada yang ghaib, atau hampir tidak beriman kepada yang ghaib, padahal
hadits-haditsnya itu mutawatir maknanya secara keseluruhan, yang diketahui
kandungannya dari ad-din secara pasti. Maka tidak ada gunanya pengingkaran dan
takwil mereka.” (Hasyiyah Musnad Imam Ahmad 12/257)
Syeikh Ahmad Syakir
berkata: “Masalah akan turunnya Isa 'alaihissalam pada akhir zaman merupakan
perkara yang tidak diperselisihkan di kalangan kaum muslimin mengingat
banyaknya khabar-khabar yang shahih dari Nabi saw mengenai hal ini.... Dan ini
merupakan suatu hal yang diketahui secara pasti dari ad-din (agama), yang tidak
dianggap beriman orang yang mengingkarinya.” (Hasyiyah Tafsir Ath-Thabari 6:
460 dengan takhrij Syekh Ahmad Muhammad Syakir dan tahqiq Mahmud Syakir, terbitan
Darul Ma'arif, Mesir)
Alasan mereka yang lain untuk menolak keyakinan ini adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyatakan bahwa tidak ada nabi lagi sesudah beliau. Dengan
pernyataan semacam ini (yang asalnya dari dalil Qur’an dan hadits), mereka pun
menyanggah dalil-dalil yang menyatakan bahwa Isa bin Maryam akan turun di akhir
zaman.
Berikut sanggahan dari Al Qodhi yang dinukil dari Imam An Nawawi rahimahullah.
Al Qodhi mengatakan: “Sebagian Mu’tazilah, Jahmiyah dan yang sepaham dengan
mereka mengingkari turunnya Nabi Isa ‘alaihis salam. Mereka mengklaim bahwa
hadits tersebut tertolak dengan firman Allah Ta’ala bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah penutup para nabi. Mereka juga beralasan dengan
sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam: “Tidak ada nabi lagi sesudahku”. Mereka
beralasan lagi dengan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin bahwa tidak ada nabi
lagi sesudah Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dan
syari’at Muhammad itulah yang berlaku selamanya hingga akhir zaman, sehingga
tidak mungkin dihapus. Sunguh ini adalah alasan yang sungguh rapuh. Perlu
diketahui bahwa yang dimaksud turunnya Isa ‘alaihis salam bukanlah beliau turun
lagi sebagai Nabi yang membawa syari’at baru dan menghapus syari’at Islam.
Tidak ada satu pun hadits dan dalil lainnya yang menyatakan semacam ini. Bahkan
hadits-hadits yang membicarakan turunnya Isa adalah benar.” An Nawawi lantas mengatakan:
“Sebagaimana telah disebutkan dalam kitab Al Iman dan selainnya bahwa Isa akan
turun sebagai hakim yang adil dan akan berhukum dengan syari’at kita (syari’at
Islam). Beliau akan menghidupkan kembali syariat Islam yang sudah
ditinggalkan.” (Syarh Shahih Muslim, 18/75-76 )
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Bagaimana keadaan kalian apabila Isa putera Maryam turun pada kalian dan
menjadi pemimpin kalian?” Lalu aku berkata kepada Ibnu Abu Dzi’b bahwa
Al-Auza’i telah menceritakan kepada kami, dari Az-Zuhri dari Nafi’ dari Abu
Hurairah: “Pemimpin kalian dalah dari kalian.” Ibnu Abu Dzi’b berkata:
“Apakah kamu tahu sesuatu apa (yang dijadikan dasar) memimpin kalian?”
Aku balik bertanya, “Apakah kamu akan mengabarkannya kepadaku?” Ibnu
Abu Dzi’b berkata: “Dia akan
memimpin kalian berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Nabi kalian shallallahu
‘alaihi wa sallam.” (HR. Muslim no. 155)
Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang shahih sesuai dengan
syarat Al-Bukhari dan Muslim dari Samurah bin Jundub bahwa Nabi Allah dahulu
mengatakan: “Bahwa Dajjal pasti keluar –lalu beliau melanjutkan haditsnya, dalam
hadits itu–. Lalu datanglah Isa bin Maryam membenarkan Muhammad dan di atas
agama Muhammad, kemudian setelah itu tegaklah hari kiamat.” (HR.
Ath-Thabarani, dan Al-Haitsami mengatakan: “Para rawinya adalah para rawi kitab
Shahih.”) [Iqamatul Burhan, At-Tuwaijiri]
Hadits ini menunjukkan bahwa ketika Isa bin
Maryam turun, beliau akan mengikuti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jadi sama sekali Isa tidak membawa syari’at baru. Beliau akan berhukum dengan
Al-Qur’an dan bukan dengan Injil. Karena Al-Qur’an sudah menghapuskan syariat
Nabi sebelumnya. (Al Yaumul Akhir-Al Qiyamatush Shugro, hal. 262)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar