BERIMAN TERHADAP HADITS-HADITS TENTANG ADZAB KUBUR
Ada sebagian manusia yg tidak mempercayai tentang adanya adzab kubur. Mereka beranggapan
bahwa hadits-hadits tentang adzab kubur bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an
berikut:
a.
”Dan janganlah sekali-kali
kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang
yang dzalim. Sesungguhnya Allah MEMBERI
TANGGUH kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka)
terbelalak.” (QS. Ibrahiim: 42)
b.
”Dan pada hari terjadinya
kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa: ‘Mereka tidak BERDIAM (DALAM KUBUR) melainkan
sesaat (saja).’ Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari
kebenaran).” (QS. Ar-Ruum: 55)
c.
“Dan ditiuplah sangkalala,
maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan
mereka. Mereka berkata: ‘Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan
kami dari TEMPAT TIDUR KAMI (KUBUR)?’
Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-
Rasul(Nya).” (QS.
Yasin: 51-52)
Orang-orang yang mengingkari adzab kubur beranggapan
bahwa siksa bagi orang yang dzalim akan ditangguhkan sampai hari kiamat dan
ketika masih di alam kubur seperti orang yang diam atau tidur tanpa ada siksa
kubur sama sekali.
Orang yang mengingkari adzab kubur akan menolak
hadits-hadits yang menceritakan adzab kubur. Berikut beberapa hadits tentang
adzab kubur:
a.
Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha: Bahwa wanita
Yahudi masuk kepada ‘Aisyah, lalu dia menyebutkan tentang adzab kubur, maka dia
berkata kepadanya: “Berlindunglah kamu
kepada Allah dari adzab kubur.” Maka ‘Aisyah bertanya kepada Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wasallam tentang adzab kubur. Rasulullah menjawab: “Benar, adzab kubur ada.” ‘Aisyah
radhiallahu ‘anha berkata: “Maka aku
tidaklah pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan
melainkan setelah shalat pasti ia meminta perlindungan dari adzab kubur.”
Ghundar menambahkan bahwa adzab kubur adalah benar. (HR. Bukhari, Kitab Al Janaiz Bab Maa Ja’a fi Azabil Qabri, no. 1372)
b. Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai manusia, berlindunglah kalian dari adzab
kubur, sesungguhnya adzab kubur itu benar adanya.” (HR. Ahmad No. 24520, Imam Ibnu Hajar mengatakan
bahwa sanad hadits ini sesuai syarat Imam Bukhari. Lihat Fathul Bari, 3/236,
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: “Shahih sesuai syarat syaikhan
(Bukhari-Muslim).” Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 24520)
c.
Dari ‘Aisyah radhilallahu ‘anha, bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wasallam
bersabda: Bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa di dalam shalat: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari
adzab kubur, aku berlindung kepada-Mu dari
fitnah Masih ad-Dajjal, dan aku berlindung kepada-Mu dari
fitnah kehidupan dan kematian.” (HR. Bukhari, Kitab Al Adzan Bab Ad
Du’a Qabla As Salam, No. 732)
d.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam menganjurkan ummatnya untuk senantiasa berdo’a memohon perlindungan
kepada Allah dari adzab kubur di setiap akhir tasyahhud sebelum salam ketika
shalat: “Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari adzab Jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah hidup dan mati,
serta dari kejahatan fitnah al-Masih ad-Dajjal.” (HR. Muslim no. 588 (128)
dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu)
Berikut ini perkataan ulama mengenai hadits-hadits
tentang adzab kubur.
Ibnu Abi Ashim berkata: “Telah shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bahwasanya beliau berlindung dari adzab kubur. Dan telah shahih pula dari
beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam bahwa umatnya akan ditanya (oleh malaikat Munkar dan Nakir)
dalam kuburnya. Semua hadits tersebut menunjukkan ilmu yakin yang tidak boleh
diragukan. Kita berlindung kepada Alloh agar menjaga kita semua dari adzab
kubur dan menjadikan kuburan kita sebagai taman yang hijau yang menyinari kita
di dalamnya.”
(As-Sunnah 1/608, tahqiq Dr. Basim Al-Jawabirah)
Ibnu Abdil Barr berkata: “Hadits-hadits tentang masalah ini (adzab
kubur) derajatnya mutawatir. Seluruh Ahli Sunnah wal
Jama’ah mengimaninya. Dan tidak ada yang mengingkarinya kecuali ahli bid’ah.” (At-Tamhid 9/230)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Adapun hadits-hadits tentang
adzab kubur dan pertanyaan malaikat Mungkar dan Nakir, maka jumlahnya
banyak sekali dan mutawatir dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam.” (Perkataan ini dinukil dan disetujui pula oleh murid beliau Imam Ibnu
Qoyyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Ar-Ruuh hal.97, Lihat pula Miftah Daar Sa’adah
1/207, Majmu
Fatawa 4/285)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Dan telah mutawatir
hadits-hadits dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam
tentang adzab kubur dari hadits Baro’ bin Azib, Anas bin Malik dan
selainnya.”
(Majmu
Fatawa 4/257)
Al-Hafidz Ibnu Rojab rahimahullah berkata: “Dan
sungguh telah mutawatir hadits-hadits dari Nabi tentang adzab kubur dan
berlindung darinya.”
(Ahwaal
Qubur hal. 81)
Imam Al-Qoshtholani menukil ucapan penulis Mashobih Al-Jami: “Sungguh banyak sekali hadits-hadits berkaitan
tentang siksa kubur, sehingga tidak sedikit ulama mengatakan bahwa haditsnya
mutawatir. Kalau tidak shahih masalah ini maka tidak ada pokok agama lainnya
yang shahih.”
(Irsyadu
Saari 3/468)
Al-Allamah Al-‘Ainy berkata: “Keyakinan kita ini berdasarkan hadits-hadits
shahih dan mutawatir diantaranya adalah hadits pembahasan di atas.” (Umdatul Qory 8/146)
Al-Allamah As-Saffarini berkata: “Beriman dengan siksa
kubur hukumnya wajib dalam syariat karena telah shahih sejumlah hadits
dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam -yang ma’shum- yang mencapai derajat mutawatir.” (Lawami’ul Anwar 2/5 dan Lawaikhul Anwar As-Saniyyah 2/144)
Al-Allamah Al-Ubayy berkata dalam Syarah Shahih Muslim: “Hadits seputar
adzab kubur derajatnya mutawatir dan menjadi kesepakatan Ahli
Sunnah.”
(Dinukil dari Nadhmul Mutanasir hal. 34, Al-Kattani)
Imam As-Suyuthi berkata: “Dan telah mutawatir hadits-hadits tentangnya
(siksa kubur) yang diriwayatkan dari dua puluh enam sahabat.” (Syarah Shudur hal. 170 dan Qothful Azhar Al-Mutanatsiroh hal. 294-295)
Imam Az-Zabidi berkata: “Dan sungguh telah mutawatir hadits-hadits yang
berkaitan tentang hal itu dari Abu Hurairah, Bara’, Tamim Ad-Dari.” (Ithaf Saadatil Muttaqin I/412-413 dan Luqothu Al-Ala’i Al-Mutanatsiroh hal. 213-216)
Imam Al-Baihaqi menulis kitab khusus berjudul “Itsbat Adzab Qobr
Wasuali Malakaini” beliau membawakan hadits dari tiga puluh sembilan
sahabat.
Ibnu Abil Izzi Al-Hanafi berkata: “Dan telah
mutawatir hadits-hadits dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tentang siksa dan nikmat kubur serta pertanyaan
dua malaikat. Maka wajib beriman tentang adanya hal tersebut.” (Syarah Aqidah
Thohawiyyah 2/578)
Imam As-Syathibi menyatakan mutawatir dalam kitabnya Al-I’tishom 2/849.
Al-Muhaddits Al-Albani berkata: “Hadits-hadits tentang adzab kubur
derajatnya mutawatir, lain halnya dengan penilaian sebagian kelompok
kontemporer.”
(Ash-Shahihah 1/965)
Dan masih banyak lagi yang lainnya
seperti Al-Qolsyani dalam Syarh Ar-Risalah, As-Sa’ad dalam Syarh An-Nasafiyyah,
Al-Fasy dalam Syarh Ats-Tsabit, Al-Laqqoni dalam Syarh Al-Jauharah. (Nadmul
Mutanatsir hal. 132-135, Al-Kattani)
Imam Asy-Syaukani menjelaskan bahwa makna Al-Ghaib adalah setiap perkara yang diinformasikan oleh
Rasulullah di luar kapasitas akal manusia seperti tanda-tanda dekatnya hari
kiamat, siksa kubur, kebangkitan dari kubur, perkumpulan manusia di alam
mahsyar, jembatan timbangan, surga dan neraka. (Tafsir Fathul Qadir
1/36)
Imam Al-Ajurri berkata setelah membawakan beberapa hadits dan atsar tentang siksa
kubur: “Alangkah jeleknya keadaan orang-orang yang mengingkari hadits-hadits
ini. Sungguh mereka telah tersesat dengan kesesatan yang sangat jauh.” (Asy-Syari’ah,
364)
Abul Hasan Al-Asy’ari berkata: “Mereka berselisih tentang adzab kubur. Di antara mereka
ada yang meniadakannya, yaitu Mu’tazilah dan Khawarij. Sebagian mereka
menetapkannya yaitu mayoritas ahli Islam.” (Maqolat Islamiyyin 2/116)
Abul Hasan Al-Asy’ari berkata: “Kaum Mu’tazilah mengingkari adzab kubur, padahal telah
diriwayatkan dari Nabi dari jalan yang banyak, demikian pula dari sahabatnya
-semoga Alloh meridhoi mereka-. Tidak pernah dinukil dari seorangpun dari
mereka ada yang mengingkarinya, meniadakan dan menolaknya. Dengan demikian,
maka hal itu harus menjadi ijma’ (konsensus) para sahabat Nabi.” (Al-Ibanah ‘An Ushul
Diyanah hal.125)
Imam Nawawi berkata: “Kesimpulannya, madzhab Ahli Sunnah adalah menetapkan
adanya adzab kubur, berbeda halnya dengan firqoh Khawarij, mayoritas Mu’tazilah
dan sebagian Murji’ah yang meniadakannya.” (Syarh Shohih Muslim 18/323)
Al-Hafizh Al-‘Aini juga berkata: “Dalam hadits ini terdapat penetapan akan adanya
adzab kubur. Ini merupakan madzhab Ahlu Sunnah Wal Jama’ah dan diingkari oleh
Dhiror bin Amr dan Bisyr Al-marrisy serta mayoritas Mu’tazilah belakangan.” (Umdatul Qori 8/145)
Imam Adz-Dzahabi berkata dalam biografi Dhiror bin Amr: “Seorang mu’tazilah tulen,
mempunyai pemikiran-pemikiran keji. Ibnu Hazm berkata: Dhiror mengingkari adzab
kubur.” (Mizanul
I’tidal 3/450)
Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Adzab kubur itu haq, tidaklah diingkari kecuali oleh orang
yang sesat dan menyesatkan.” (Thabaqat Al-Hanabilah 1/62)
Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Beriman dengan adanya adzab kubur. Sesungguhnya umat ini akan diuji dan ditanya dalam
kuburnya tentang Iman, Islam, siapa Rabbnya dan siapa Nabinya. Munkar dan Nakir akan
mendatanginya sebagaimana yang Dia kehendaki dan inginkan. Kita wajib beriman dan
membenarkan hal ini.” (Ushulus Sunnah oleh Imam Ahmad)
Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Kita beriman dengan semua ini (termasuk siksa kubur dan
pertanyaan Munkar Nakir). Barangsiapa yang mengingkari salah satu darinya, maka
dia Jahmy.” (Al-Masail
Ibnu Hani: 1873)
Abul Hasan Al-Asy’ari berkata: “Mereka (Ahlus Sunnah) telah bersepakat bahwa adzab kubur
itu haq.” (Ar-Risalah
Ila Ahli Saghor hal.159)
Ibnu Abdil Barr berkata: “Tidak ada perselisihan antara Ahlu Sunnah tentang iman
akan adanya adzab kubur.” (At-Tamhid 9/230)
Imam Al-Juwaini berkata: ”Telah mutawatir hadits-hadits yang menceritakan bahwa
Nabi berlidung kepada Allah dari adzab kubur. Perkataan bahwa hadits-haditsnya
hanyalah ahad adalah takalluf (pemaksaan). Aqidah ini mutawatir di kalangan
salaf sholih sebelum munculnya ahli bid’ah dan hawa.” (Al Irsyad
hal.375)
Al Kattani juga berkata: ”Tidak sedikit dari ahli hadits yang menegaskan bahwa
hadits-hadits tentang berlindung dari adzab kubur derajatnya mutawatir.” (Nadhmul Mutanatsir,
hal 135)
Imam Nawawi berkata: “Dalam hadits ini terdapat penetapan adanya adzab kubur
dan fitnah kubur. Hal ini merupakan madzhab ahli haq, berbeda halnya dengan
pendapat Mu’tazilah.” (Syarh Shohih Muslim 4/237)
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Dalam hadits ini terdapat bantahan terhadap orang-orang
yang mengingkari adzab kubur.” (Fathul Bari 2/318)
Ibnu Hazm berkata: “Sesungguhnya adzab kubur adalah benar, dan ditanyanya ruh setelah mati
adalah benar, dan tak seorang pun dihidupkan setelah matinya hingga hari
kiamat.” (Ibnu Hazm, Al Muhalla,
1/22)
Abu Ja’far Ath-Thahawi
berkata: “Kita pun mengimani adanya adzab kubur bagi orang yang
berhak mendapatkannya.” (Al-Aqidah Ath-Thahawiyah,
masalah ke-92)
Ibnu Abi Hatim berkata: “Adzab kubur adalah benar (adanya).” (Ushulus Sunnah
Wa I’tiqad Din, masalah ke-14)
Kesepakatan dan ijma’ ini juga dinukil oleh Al-Qostholani dalam Irsyad
As-Sari 3/468, Al-Juwaini dalam Al-Irsyad hal.375, Ibnu Qoyyim
Al-Jauziyyah dalam Ar-Ruuh hal.104, As-Saffarini dalam Lawami’ul
Anwar 2/5, Ibnu Abil Izzi Al-Hanafi dalam Syarh Aqidah At-Thohawiyyah
2/576. Demikian pula hampir tidak ada kitab hadits dan aqidah kecuali
menetapkannya. (Diantaranya kitab Al-I’tiqod Al-Qodhi Abu Ya’la
hal.32, Al-I’tiqod Al-Baihaqi hal.290, Syarh Ushul I’tiqod Ahli
Sunnah Al-Lalikai 6/1199, Al-Hujjah Fi Bayanil Mahajjah
Al-Ashbahani 1/499, I’tiqod Aimmah Hadits Al-Ismaily hal.69-70, Ushul
Sunnah Ibnu Abi Zamnin hal.154, Al-Iqtishad Fil I’tiqod Abdul
Ghani Al-Maqdisi hal.172-175, Syarh Sunnah Al-Barbahari hal.72, Qothfus
Tsamar Fi Aqidah Ahli Atsar Shiddiq Hasan Khon hal.131-132)
Imam Al-Qostholani berkata: “Sebagian kelompok beranggapan bahwa adzab kubur tidak
disebutkan dalam Al-Qur’an tetapi hanya disebutkan dalam hadits-hadits ahad.
Oleh karenanya pengarang (Imam Bukhori) menyebutkan beberapa ayat yang menunjukkan
siksa kubur untuk membantah mereka.” (Irsyad Saari 3/468, lihat pula Fathul Bari
3/233).
Beberapa ayat Al-Qur’an yang menyebut tentang adzab kubur:
“Alloh meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akherat. Dan Alloh menyesatkan
orang-orang yang zhalim dan memperbuat apa yang dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)
Ayat yang mulia ini turun berkenaan tentang adzab kubur sebagaimana
dikatakan oleh sahabat Bara’ bin Azib. (HR.Bukhari 1369 dan Muslim 2871).
Imam Bukhari berkata: “Ayat ini turun tentang adzab
kubur.” (Shahih Bukhari, Kitab Al
Janaiz Bab Maa Ja’a fi Azabil Qabri, No. 1369)
Imam Muslim berkata: “Ayat ini turun tentang adzab
kubur, maka akan dikatakan kepada penghuni kubur; ‘Siapa
Tuhanmu?’, dia
menjawab: ‘Tuhanku
adalah Allah dan Nabiku adalah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.’ Maka
untuk itulah maksud ayat ini.” (Shahih
Muslim, Kitab Al Jannah wa Shifatu Na’imiha wa Ahliha Bab ‘Ardhi Maq’adil
mayyit minal jannati aw an nari ‘alaihi wa itsbaati ‘adzaabil qabri wa ta’awudz
minhu, No. 2871)
Syaikh Hafizh Al-Hakami berkata: “Ayat ini secara gamblang menjelaskan tentang siksa kubur
berdasarkan hadits-hadits berikut dan kesepakatan para Imam ahli tafsir dari
kalangan sahabat, tabi’in dan orang-orang setelah mereka.” (Ma’arij Al-Qobul
2/877)
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari
kiamat dalam keadaan buta.” (QS.Thoha: 124)
Dari Abu Hurairah dari Nabi tentang firman Alloh ‘maka baginya
penghidupan yang sempit’, Nabi bersabda: “Yaitu
adzab kubur.” (Hasan. Diriwayatkan Ibnu Hibban 3119, Al-Baihaqi dalam Itsbat Adzab Qobr
no.69-70, Al-Hakim 1/381, Al-Bazzar sebagaimana dalam Tafsir Ibnu Katsir 3/187.
Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya 3/187: “Sanadnya jayyid”. Dan dihasankan
oleh Al-Albani dalam At-Ta’liqot Al-Hisan 5/113)
Ibnul Qayyim berkata: “Tak sedikit dari ulama salaf menafsirkan ayat di atas
dengan siksa kubur dan mereka menjadikannya sebagai salah satu dari sekian
dalil yang menunjukkan adzab kubur.” (Miftah Darr Sa’adah 1/206, Ad Daa’ Wa Dawa,185,
Al-Fawaid
412)
Ulama salaf tersebut diantaranya adalah sahabat Abu Sa’id Al-Khudri,
Abdullah bin Mas’ud, Abu Shalih, As-Suddi, dll. (Lihat Al-Mushonnaf 6741 Abdur Razzaq, As-Sunnah
2/600,612,613 Abdullah bin Ahmad, Ad-Durr Al-Mantsur 4/311 As-Suyuthi).
Tafsir ini juga dikuatkan oleh Imam Ahli tafsir Ibnu Jarir Ath-Thobari dalam Jami’ul Bayan
9/228.
“Dan sesungguhnya
Kami merasakan kepada mereka sebahagian adzab yang
dekat sebelum adzab yang lebih besar (di akhirat).
Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS.
As-Sajadah: 21)
Berkata Mujahid tentang maksud adzab yang dekat’: “Yakni adzab yang dekat di kubur dan di dunia.” (Imam At Thabari, Jami’ al Bayan fi Ta’wil al
Quran, 20/191)
Berkata Imam Ibnu Katsir tentang ayat ini: “Berkata
Al Bara bin ‘Azib, Mujahid, dan Abu ‘Ubaidah, maksudnya adalah adzab
kubur.”
(Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 6/369)
“Di antara orang-orang Arab Badwi yang
di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk
Madinah. mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu
(Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) kamilah yang mengetahui mereka. Nanti
mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada adzab yang
besar.” (QS. At-Taubah: 101)
Ibnu Jarir Ath Thabari berkata tentang makna ‘mereka akan
Kami siksa dua kali’:
“Kami akan mengadzab orang-orang munafik itu dua kali, adzab
satunya di dunia, dan yang lainnya di dalam kubur.” (Jami’ al Bayan fi Ta’wil Al Quran, 14/441)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
sendiri menafsirkan ayat di atas adalah adzab
kubur. Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu, beliau menceritakan tentang khutbah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam
pada hari Jum’at, saat itu beliau mengusir mereka dari Masjid, di
bagian akhir beliau bersabda:
“Hari ini Allah telah menunjukkan keburukan orang-orang munafik! Ini adalah
adzab yang pertama yakni ketika mereka diusir dari mesjid. Sedangkan adzab yang
kedua adalah adzab kubur.” (Jami’ al Bayan fi Ta’wil Al Quran, Juz. 14, hal. 442)
Begitu pula yang dikatakan oleh
Qatadah, Al Hasan, dan Ibnu Juraij, bahwa maksud dari ‘mereka akan Kami azab
dua kali’, adalah
adzab
dunia dan adzab
kubur. (Jami’ al Bayan fi Ta’wil Al
Quran, Juz. 14, Hal. 443-444)
Dari Ibnu Abbas, dia berkata tentang
makna ayat ‘mereka akan Kami adzab dua kali’:
Ibnu
Katsir
berkata: “Maka adzab pertamanya adalah ketika mereka (orang munafik)
diusir dari mesjid, adzab yang kedua adalah di kubur.” (Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 4/205)
Ibnu Hajar Al ‘Asqalani rahimahullah berkata: “Berkata
Ath-Thabari
setelah dia menyebutkan berbagai perbedaan dari selain mereka; bahwa umumnya
mereka menafsirkan makna satu di antara dua adzab itu
adalah adzab
kubur, sedangkan yang lainnya bisa salah satu yang telah disebutkan seperti
kelaparan, terbunuh, terhina, dan lainnya.” (Fathul Bari, 3/233)
“Kepada mereka
diperlihatkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat,
(lalu kepada Malaikat diperintahkan): ‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam
adzab yang sangat keras’.” (QS. Al-Mu'min: 46)
Ibnu Katsir mengatakan: “Ayat ini merupakan prinsip terbesar yang dijadikan
dalil oleh Ahlus Sunnah tentang adanya adzab kubur.” (Tafsir Ibnu Katsir
IV/85-86, cet. Daarus Salaam)
Mereka berkata: "Aduhai celakalah
kami! Siapakah
yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" (QS. Yasin: 52)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan: “(Mereka berkata: "Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari
tempat tidur kami
(kubur)?") Mata
mereka melihat dibangkitkannya mereka dari kubur mereka yang dahulu ketika
masih di dunia mereka meyakini tidak adanya kebangkitan dari kubur. Ketika
mereka menyaksikan apa yang dahulu mereka dustakan, di tempat mereka
dikumpulkan (Mereka berkata: "Aduhai
celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari
tempat tidur kami
(kubur)?"), ayat ini tidak mengingkari adzab
mereka di kubur mereka, karena begitu kerasnya apa yang mereka dapatkan setelah
itu, diumpamakan seperti di tempat tidur.” (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 6/581)
Kedahsyatan dan ketakutan makhluk pada hari Kiamat merupakan puncak
ketakutan yang mereka alami dibandingkan sebelumnya. Ini tergambar dalam hadits
syafa’at :
“....Ketika itu Allah
mengumpulkan semua manusia dari orang-orang terdahulu hingga orang-orang
terakhir di suatu tempat tinggi yang datar. Mereka bisa mendengar suara penyeru
dan mereka pun terjangkau oleh penglihatan. Matahari amat dekat sehingga mereka mengalami kesengsaraan dan kesulitan
yang mereka tidak kuasa dan tidak tahan menghadapinya. Sesama manusia akan
mengatakan : ”Tidakkah kalian lihat
betapa berat penderitaan yang kalian alami ? Mengapa kalian tidak mencari
orang yang bisa menolong kalian dengan syafa’at/pertolongan kepada Tuhan kalian
?”. Sebagian manusia mengatakan kepada yang lain : ”Temuilah Adam”. Mereka pun
menemui Adam ’alaihis-salaam dan berkata kepadanya : ”Engkaulah ayah umat
manusia. Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya, kemudian meniupkan sebagian
ruh-Nya kepadamu dan memerintahkan para malaikat bersujud kepadamu. Mohonkanlah
syafa’at Tuhanmu kepada kami ! Tidakkah engkau lihat nasib yang kami alami ?
Tidakkah engkau melihat penderitaan yang kami alami ?”. Adam menjawab : ”Pada hari ini kemarahan Allah tiada tara
dengan kemarahan sebelumnya atau sesudahnya. Dulu aku pernah dilarang oleh
Allah mendekati sebatang pohon tetapi aku melanggar larangan tersebut.
Celakalah diriku !.....” (Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari no. 4435)
Jadi sangatlah tepat apa yang dikatakan oleh Ibnu Katsir bahwa
kedahsyatan hari kiamat mengalahkan segala ketakutan yang telah mereka alami di
dunia dan alam barzakh/kubur. Hingga, seolah-olah keterkejutan mereka pada waktu itu seperti
dibangunkan dari tidur. Lihatlah, bahwa para Nabi pun sampai takut dan
mengkhawatirkan dirinya atas kemarahan Allah pada hari Kiamat nanti ! Lantas,
bagaimana dengan kita ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar