Pahala Milyaran dalam Sekejap Hitungan Detik Mendoakan Ampunan Untuk Semua Orang Beriman

Selasa, 01 Januari 2013

Adakah Hadits Shahih yang Isinya Bertentangan dengan Al-Qur'an?


ADAKAH HADITS SHAHIH YANG ISINYA BERTENTANGAN DENGAN AL-QUR'AN ?


Imam Syafi’i (Imam Madzhab/murid Imam Malik/guru Imam Ahmad) berkata: “Tidak mungkin sama sekali sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam   menyelisihi Kitabullah.”  (Jima’ul Ilmi hlm. 124, Ar-Risalah hlm. 546)

Bahkan Imam Syafi'i menilai bahwa ucapan seseorang, “Hadits apabila menyelisihi tekstual al-Qur’an, tertolak,” merupakan suatu kejahilan. (Ikhtilaf Hadits hlm. 59)

Imam  Asy-Syafi’i  berkata: ”Semua  yang  datang dari sunnah merupakan penjelasan dari Al-Qur’an. Maka setiap  orang  yang  menerima  Al-Qur’an,  maka  wajib menerima  sunnah  Rasulullah, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan hamba-Nya untuk mentaati Rasul-Nya dan mematuhi  hukum-hukumnya. Orang  yang menerima apa  yang  datang  dari  Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wasallam  berarti  ia  telah menerima  apa  yang  datang  dari Allah  Subhanahu  wa  Ta’ala,  karena  Dia  telah mewajibkan kita untuk mentaatinya.” (Ar-Risalah, hal. 32-33)

Ibnu Abdil Barr (ulama madzhab Maliki) berkata: “Allah Ta’ala telah memerintahkan kita untuk menataati Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam dan diperintahakan untuk mengikuti petunjuk beliau secara mutlak dan dalam perintah tersebut tidak dikaitkan dengan syarat apa pun. Oleh karena itu mengikuti beliau sama halnya dengan mengikuti Al-Qur’an. Sehingga tidak boleh dikatakan, kita mau mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam asalkan bersesuaian dengan Al-Qur’an. Sungguh perkataan semacam ini adalah perkataan orang yang menyimpang.” (Jaami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlih 2/190-191, dinukil dari Ma’alim Ushul Fiqh, hal. 126)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (ulama madzhab Hanbali/guru Ibnul Qayyim, Ibnu Katsir, Adz-Dzahabi, Ibnu Abdul Hadi) berkata: "Apabila Anda telah mengetahui akar-akar bid'ah dari uraian sebelumnya, maka ketahuilah bahwa akar bid'ah Khawarij adalah memvonis kafir pelaku dosa. Mereka yakini sebagai dosa perkara-perkara yang sebenarnya bukan dosa. Mereka memandang wajib mengikuti Al-Qur'an saja dan menolak hadits yang bertentangan dengan teks ayat Al-Qur'an, meskipun hadits tersebut derajatnya mutawatir.” (Majmu' Fatawa 3/355)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: "Dosa dan kesalahan ahlu bid'ah adalah karena meninggalkan apa yang telah diperintahkan kepada mereka, yaitu mengikuti Sunnah Nabi dan menetapi jama'ah kaum muslimin. Akar bid'ah Khawarij adalah keyakinan mereka bahwa mentaati Rasul hukumnya tidak wajib bila bertentangan dengan teks Al-Qur'an menurut persepsi mereka. Sikap tersebut merupakan salah satu bentuk meninggalkan kewajiban. Kaum Khawarij beranggapan bahwa Rasul bisa berbuat zhalim dan tersesat dalam sunnahnya, oleh karena itu menurut mereka mentaati dan mengikuti Rasul bukanlah suatu keharusan. Mereka hanya mempercayai apa yang disampaikan Rasul di dalam Al-Qur'an, adapun As-Sunnah yang menurut mereka bertentangan dengan tekstual al-qur'an, tidaklah mereka terima." (Majmu' Fatawa 19/73)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan: "Demikian pula kaum Khawarij ini menganut keyakinan wajibnya mengikuti Al-Qur'an meskipun mereka pahami menurut akal pikiran mereka dan berkeyakinan tidak wajib mengikuti As-Sunnah yang bertentangan dengan tekstual ayat Al-Qur'an.(Majmu' Fatawa 28/491)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: "Kaum Khawarij hanya mengikuti As-Sunnah yang telah terperinci bukan yang menyelisihi tekstual Al-Qur'an. Menurut mereka boleh jadi seorang pezina tidak hukum rajam, tidak ada batasan tertentu yang menyebabkan seseorang berhak dipotong tangannya karena mencuri, seorang murtad tidak perlu dihukum mati, karena semua itu (yakni rajam, batasan barang yang dicuri hingga pencurinya berhak dipotong tangannya dan hukuman bagi orang murtad) tidak disebutkan dalam Al-Qur'an.” (Majmu' Fatawa 13/48-49)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Wajib bagi kita untuk mengikuti Al-Qur’an, begitu pula wajib bagi kita mengikuti petunjuk Rasul. Mengikuti salah satu dari keduanya (Al-Qur’an dan hadits Rasul), berarti mengikuti yang lainnya. Karena Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bertugas untuk menyampaikan isi Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an sendiri terdapat perintah untuk menaati Rasul. Perlu juga dipahami bahwa Al-Qur’an dan petunjuk Rasul sama sekali tidak saling bertentangan sebagaimana halnya isi Al-Qur’an tidak saling bertentangan antara ayat satu dan ayat lainnya.” (Majmu’ Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 19/84, Darul Wafa’, cetakan ketiga, tahun 1426 H)

Ibnul Qoyyim (ulama madzhab Hanbali) berkata, “Yang wajib diyakini setiap muslim, tidak ada satu pun hadits shohih yang menyelisihi Kitabullah. Bagaimana tidak, Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam adalah penjelas Kitabullah, Al-Qur’an diturunkan kepada beliau, dan beliau diperintah untuk mengikutinya. Jadi, beliaulah makhluk yang paling mengerti maksud Al-Qur’an! Seandainya setiap orang boleh menolak sunnah Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam berdasarkan pemahamannya terhadap tekstual Al-Qur’an, maka betapa banyak sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang akan ditolak dan akan gugurlah semuanya.” (Ath-Thuruq al-Hukmiyyah hlm. 101)

Kemudian Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa mempertentangkan antara hadits dengan Al-Qur’an adalah ciri khas ahli bid’ah, dengan menampilkan contoh-contohnya. (Ath-Thuruq al-Hukmiyyah hlm. 82–84)

Ibnul Qayyim berkata: “Imam Ahmad telah menulis sebuah kitab tentang wajibnya ketaatan kepada Rasulullah, dia membantah pandangan orang yang berargumen dengan zhahir Al-Qur’an untuk menolak sunnah Nabi dan tidak mengakui kekuatan hukum hadits. Dia berkata di sela-sela khutbahnya, “Sesungguhnya Allah yang Maha Mulia dan Maha Suci nama-nama-Nya, telah mengutus Muhammad dengan petunjuk dan agama kebenaran untuk memenangkannya atas segala agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyenanginya. Allah turunkan kepadanya sebuah kitab sebagai petunjuk bagi pengikutnya, Dia menugaskan Rasul-Nya untuk menjelaskan maksud Al-Qur’an baik yang zhahir maupun yang bathin, yang umum atau yang khusus, yang dibatalkan atau yang membatalkan, dan setiap yang dimaksud oleh Al-Qur’an. Maka Rasulullah adalah orang yang mengungkapkan isi Al-Qur’an, menunjukkan makna kandungannya, semua sahabat yang Allah pilih dan ridhai untuk menjadi pendamping Nabi-Nya telah bersaksi atas tugas tersebut, mereka menukil semua itu kepada umat Islam, sehingga merekalah orang yang paling tahu tentang Rasul dan apa yang Allah kehendaki dari kitab-Nya dengan sebab mereka melihat langsung (turunnya Al Qur’an) dan apa yang dimaksudkan di dalamnya. Sehingga mereka menjadi orang yang mengungkap hal itu setelah Rasululloh. Sahabat Jabir berkata, “Tatkala Rasulullah berada di tengah-tengah kami, Al-Qur’an diturunkan kepadanya. Beliau mengerti maksud dari ayat-ayat itu, dan setiap yang dia lakukan kami pun melakukannya.” Kemudian beliau memaparkan ayat-ayat yang menunjukkan perintah taat kepada Rasulullah.” (I’laam Al Muwaqi’in ‘An Rabbi Al Alamin oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziyah 2/290-291)

Ibnul Qayyim berkata: “Adapun Sunnah, ia memiliki tiga peran pokok di sisi Al-Qur`an. Yang pertama, yaitu membenarkan Al-Qur`an dari segala segi. Dengan demikian, Al-Qur`an dan Sunnah sama-sama berada di atas satu koridor hukum yang saling menguatkan ketika dijadikan sebagai dalil dalam berbagai permasalahan. Kedua; Sunnah menjadi penjelas sekaligus menafsirkan apa yang dimaksud oleh Al-Qur`an. Dan ketiga; Sunnah dalam posisi mewajibkan sesuatu dimana Al-Qur`an mendiamkan kewajibannya, dan mengharamkan sesuatu yang mana dalam Al-Qur`an belum disebutkan keharamannya.” (I’lam Al-Muwaqqi’in oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, jilid 1 juz 2 hlm 271, Penerbit Maktabah Al-Iman, Manshurah – Mesir, Cetakan Pertama 1999 M – 1419 H)

Ibnu Abil Izzi Al Hanafi (ulama madzhab Hanafi/murid Ibnu Katsir) berkata: “Walaupun  dia  mengaku atau menganggap mengambil dari Kitabullah tetapi tidak menerima penafsiran Kitabullah dari hadits-hadits Rasul, tidak melihat hadits-hadits,  tidak pula melihat perkataan para  shahabat  dan  pengikut  mereka  yang  mengikuti dengan baik (tabi’in)...” (Syarh Al-Aqidah Ath-Thahawiyyah oleh Ibnu Abil Izzi Al Hanafi halaman 212 cetakan ke-4)

Al-Baihaqi berkata : "Hadits yang menyatakan bahwa suatu hadits harus dicocokkan terhadap Al-Qur'an adalah bathil dan tidak benar bahkan batal dengan sendirinya karena di dalam Al-Qur'an tidak ada dalil yang menunjukkan suatu hadits harus dihadapkan pada Al-Qur'an". (Miftahul Jannah fii Al-Ihtijaj bi As-Sunnah, edisi Indonesia Kunci Surga Menjadikan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam Sebagai Hujjah, oleh Al-Hafizh Al-Imam As-Suyuthi, hal. 11-17 terbitan Darul Haq, Penerjemah Amir Hamzah Fachruddin)

Umar bin Khaththab radliyallaahu ‘anhu berkata : “Akan datang sekelompok manusia yang akan membantah kamu dengan ayat Al-Qur’an yang mutasyabih. Maka bantahlah mereka dengan As-Sunnah. Karena orang-orang yang berpegang teguh pada As-Sunnah lebih mengerti tentang Kitabullah.” (Diriwayatkan oleh Al-Ajurri dalam Asy-Syari’ah 1/175 no. 99, Muassasah Qurthubah;  diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al-Ibanah 1/250-251 no. 83-84, Daarur-Rayah;   diriwayatkan oleh Ad-Darimi I/49;  diriwayatkan oleh Al-Lalika-i dalam Syarh Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama’ah I/39 no. 202, dengan sanad shahih).

Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata: “Ketahuilah bahwa akan ada suatu kaum setelah kalian yang mendustakan hukum rajam, dajjal, syafa’at, adzab kubur dan suatu kaum yang dikeluarkan dari neraka setelah hitam kelam.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya 1/24 dan Ad-Dani dalam Al-Fitan 2/23. Dihasankan Syaikh Albani dalam Qishotul Masihid Dajjal wa Nuzul Isa hal. 30 dan dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir dalam Musnad Ahmad)

Al-Qurthubi rahimahullahu berkata dalam Tafsir-nya setelah beliau menyebutkan hadits-hadits tentang tanda-tanda hari kiamat tersebut: “Ini semua telah didustakan oleh kaum Khawarij dan Mu’tazilah.” Lalu beliau menyebut atsar ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau berkata: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya rajam itu benar, maka janganlah kalian tertipu. Dan hujjah yang menunjukkan hal tersebut bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegakkan rajam, dan Abu Bakr pun telah merajam, dan sesungguhnya kami pun telah melaksanakan rajam setelah mereka berdua. Dan akan muncul satu kaum dari kalangan umat ini yang akan mendustakan rajam, mendustakan dajjal, mendustakan terbitnya matahari dari tempat terbenamnya, mendustakan adanya adzab kubur, mendustakan syafaat, mendustakan kaum yang keluar dari neraka setelah mereka hangus terbakar.” (Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf 7/13364)

Ibnu Abdil Barr berkata setelah menyebutkan atsar ini: “Seluruh Khawarij dan Mu’tazilah mendustakan enam perkara ini. Sedangkan Ahlus Sunnah membenarkannya dan merekalah Al-Jamaah serta hujjah membantah orang-orang yang menyelisihi Ahlus Sunnah.” (At-Tamhid 23/98)

PERHATIAN (HADITS LEMAH):
Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah bersabda: ”Akan tersebar banyak hadits dariku, maka apabila datang kepada kalian sebuah hadits dariku, bacalah Kitab Allah dan pelajarilah, kalau hadits itu sesuai dengan Al-Qur’an maka berarti itu saya katakan, adapun yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an, berarti tidak saya katakan.” (HR. Thabrani dalam Al-Kabir 3/194, hadits lemah)
Hadits ini memiliki beberapa cacat dari perowinya:
Pertama: Wadhin, dia orang yang jelek hafalannya.
Kedua: Qotadah bin Fudhoil, Ibnu Hajar berkata dalam Taqrib: “Dia maqbul kalau untuk mutabaah.”
Ketiga: Abu Hadhir, dikatakan oleh Ibnu Hajar dan Adz-Dzahabi: “Majhul (tidak dikenal).”
Keempat: Zubair bin Muhammad ar-Rohawi, biografinya tidak ditemukan.

7 komentar:

  1. Apakah Ada Jaminan Bahwa Alhadist Itu Terpelihara Dari Perubahan...???
    Bukankah Kaum Yahudi Nasrani takkan pernh rela dg Addinulislam ???
    kLo saya pribadi takkan pernh memakai hadist yg bertentangan dg Kalamullah..meskipun itu Shahih atau Dhaif..Sekalipun kalam itu hanya atsar (kalam ulama') dan tdk bertentangan dg Kalamullah Itulah kebenaran...
    Sebab Alqur'an tiada butuh pembuktian karna Alqur'an merupakn bukti atas kebenaran dan selain Alqur'an muthlak tuk dibuktikan kebenarannya ....

    Wassalam'

    BalasHapus
  2. @Anonim 7 Agustus 2013

    Hadits shahih adalah wahyu Allah juga, demikian pula Al-Qur’an.
    Allah Azza wa Jalla berfirman: "Dan ingatlah nikmat Allah kepada kamu dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu, yaitu al-Kitab dan al-Hikmah (as-Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu". [QS. Al-Baqarah/2:231].
    "Dan Allah telah menurunkan al-Kitab dan al-Hikmah kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu". [QS. An-Nisa`/4:113].

    Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Allah menyebutkan al-Kitab, yaitu Al-Qur`an, dan menyebutkan al-Hikmah. Aku telah mendengar orang yang aku ridhai, yaitu seseorang yang ahli ilmu Al-Qur`ân berkata,'Al-Hikmah ialah Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam."[ Ar-Risalah, hlm. 32-33]

    Hassân bin 'Athiyah rahimahullah berkata: "Dahulu, Malaikat Jibrîl turun kepada Nabi dengan membawa as-Sunnah, sebagaimana ia turun membawa Al-Qur`ân".[Riwayat ad-Dârimi, no. 549. Al-Khathîb dalam al-Kifâyah, hlm. 48, dan lain-lain. Dinukil dari Tadwîn as-Sunnah an-Nabawiyyah, hlm. 22-23]

    BalasHapus
  3. @anonim, “Ingatlah, sesungguhnya aku diberi Alkitab (Alquran) dan (diberi) yang semisalnya (yaitu As-Sunnah) bersamanya.” (H.R. Abu Daud, no. 4604; Tirmidzi; Ahmad; Al-Hakim; riwayat dari Al-Miqdam bin Ma’di Karib. Dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani)
    Lantas bagaimana anda mendudukkan hadits tsb diatas dan masih banyak lagi yang menunjukkan perintah untuk mentaati Rosululloh sollallohu alaihi wa sallam..
    Bagaimana kita bisa melakukan ibadah dengan cara dan kaifiat yang benar? Berapa banyak lagi hadits sahih yang harus kita ingkari?
    Ingat, pengetahuan pribadi manusia terbatas.. Jadi tanyakan sesuatunya kepada ahlinya.
    Zaman ini alhamdulillah sudah banyak keterangan para ulama yang telah mendudukkan masalah (yang mungkin anda anggap bertentangan) dengan benar.
    Semoga Alloh Subhaanahuwata'ala senantiasa membimbing saya dan anda ke jalan yang benar.

    BalasHapus
  4. Al quran dijamin oleh Allah swt dan pasti benar. Hadits adalah buatan manusia . sedang manusia tempatnya salah. Bagaimana mungkin imam syafii menyatakan anjing najis (berdasar hadits) sedang gurunya imam malik menyatakan anjing tidak najis ( berdasarkan Al quran surat Almaidah ayat 4) . saya sebagai manusia awam tentu bingung. Apakah Al quran dan hadits bertentangan? Mohon penjelasan dan semoga kita selalu diberi hidayah oleh Allah sw . Amiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. As-Sunnah Adalah Wahyu Allah Juga Yang Akan Terpelihara

      Allah berfirman: “Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu yaitu Al-Kitab dan Al-Hikmah. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu.” (QS. Al-Baqarah: 231)
      “Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Al-Kitab dan Al-Hikmah kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.” (QS. An-Nisa’: 113)
      Dari Al-Miqdaam bin Ma’diy Karib, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Ketahuilah, sesungguhnya telah diturunkan kepadaku Al-Kitab dan yang semisalnya (As-Sunnah) bersamanya. Ketahuilah, sesungguhnya telah diturunkan kepadaku Al-Qur’an dan yang semisalnya (As-Sunnah) bersamanya. Ketahuilah, dikhawatirkan akan ada seseorang yang duduk kenyang di atas dipannya seraya berkata : ‘Wajib bagi kalian berpegang pada Al-Qur’an ini. Apa saja yang kalian dapati di dalamnya dari perkara halal, maka halalkanlah, dan apa aja yang kalian dapati di dalamnya dari perkara haram, maka haramkanlah’. Ketahuilah, tidak dihalalkan bagi kalian daging keledai jinak dan binatang buas yang mempunyai taring” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 4604, Ibnu Hibbaan no. 12, Al-Marwaziy dalam As-Sunnah no. 257, dan yang lainnya; shahih – ini lafadh milik Al-Marwaziy. At-Tirmidzi, Kitab al-ilmi, 5/38 h. 2664, ia berkata hadits hasan garib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
      Dari Muhammad bin Katsir dari al-Auzai’ dari Hassan bin Athiyyah berkata, “Jibril turun kepada Nabi membawa sunnah sebagaimana dia turun membawakan Al-Qur’an.” (Ad-Darimi, 1/177 hal. 549 Bab As-Sunnah Qadhiyah ‘ala Kitabillah. Al-Khathib, al-Kifayah. 48. Al-Jami’ Ibnu Abdil Bar, 1/191. Al-Baihaqi, Miftah al-Jannah, Suyuthi.10)


      Imam Syafi’i rahimahullah berkata: “Allah telah menyebut Al-Kitab yang maksudnya adalah Al-Qur’an dan juga menyebut Al-Hikmah. Aku mendengar dari seseorang ahlul ‘ilmi yang telah diakui, dia berkata, “Yang dimaksud Al-Hikmah adalah Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.” Perkataannya ini adalah benar. Wallahu ‘alam.
      Demikian itu dikarenakan sebutan Al-Quran disertai dengan sebutan Al-Hikmah. Kemudian Allah juga menyebutkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya dengan mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah kepada mereka. Maka Al-Hikmah di sini tidak boleh difahami kecuali Sunnah Rasulullah –wallahu a’lam-.
      Hal itu karena Al-Hikmah digandengkan dengan Kitabullah. Sedangkan Allah telah mewajibkan manusia untuk taat kepada Rasul-Nya serta mengikuti perintah-Nya. Sehingga tidak boleh dikatakan tentang suatu pendapat, bahwa hal itu merupakan kewajiban kecuali berdasarkan Kitabullah kemudian sunnah Rasul-Nya.” (Ar-Risalah oleh Imam Asy-Syafii, hal:78)
      Ibnu Jarir Ath-Thabari berkata: ”Al-Hikmah adalah hikmah yang Allah turunkan kepada kalian, yaitu sunnah-sunnah yang telah diajarkan dan ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam“. (Jami’ul Bayan Fi Tafsiril Qur’an, hal: 2/296)
      Al-Qurthubi rahimahullah berkata: ”Al-Hikmah adalah Sunnah yang diterangkan lewat lisan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang merupakan kehendak Allah yang tidak dinyatakan di dalam Al-Kitab (Al-Qur’an)”. (Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an, hal:3/157)
      Asy-Syaukani berkata : ”Para ahli tafsir berkata tentang al-Hikmah, bahwa ia adalah Sunnah yang disunnahkan oleh Rasulullah kepada umatnya.” (Fathul Qadir 1/242)

      Al-Qur’an dan As-Sunnah Akan Tetap Terpelihara
      Allah berfirman: "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya". (QS. Hijr: 9).

      Hapus
    2. Semua hadits shahih adalah penafsiran dari Al-Qur’an.
      Contoh:
      1. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa bangkai itu haram (QS. Al Maidah: 3), namun dalam hadits disebutkan bahwa kecuali bangkai belalang dan ikan itu halal dimakan.
      2. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa darah itu haram (QS. Al Maidah: 3), sedangkan dalam hadits mengecualikan hati dan limfa.
      3. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa musafir boleh mengqashar sholat dengan syarat dalam keadaan takut (QS. An-Nisa’ : 101), namun dalam As-Sunnah walaupun keadaan aman boleh mengqashar sholat.

      Imam Asy-Syafi’i berkata: ”Semua yang datang dari sunnah merupakan penjelasan dari Al-Qur’an. Maka setiap orang yang menerima Al-Qur’an, maka wajib menerima sunnah Rasulullah, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan hamba-Nya untuk mentaati Rasul-Nya dan mematuhi hukum-hukumnya. Orang yang menerima apa yang datang dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berarti ia telah menerima apa yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Dia telah mewajibkan kita untuk mentaatinya.” (Al-Risalah, hal. 32-33)

      Hapus
  5. tidak ada hadist yang bertentangan dengan AL QURAN selagi hadist itu jelas,sahih,mutawatir dsb. contoh tentang hadist turunnya nabi isa, ada yang bilang kalau bertentangan dengan AL QURAN (Al maidah 117), sebenarnya tidak kalau kita jeli.hadist turunnya isa adalah penjabaran dari annisa 158. kalau caranya cuma makai hadist dengan gaya ini maka al maidah dan annissa jdi bertentangan. tapi.. kalau kita faham konteksnya kit menemukn tidak bertentangan.. dan beliau beiau diatas yang menerangkan adalah orang yang telah diberi ilmu oleh Allah dan bukan orang sembarangan. kaau saya lebih suka membuktikan kebenaran kebenaran dalam Al Quran.. karena itulah pesannya AL quran supaya kita berfikir dan mempergunakan akal, menerima kebenaran al quran itu sangat wajib tpi sesduah itu kita buktikan kebenaran kebenaran al quran yang sudah benar

    BalasHapus