Pahala Milyaran dalam Sekejap Hitungan Detik Mendoakan Ampunan Untuk Semua Orang Beriman

Sabtu, 19 Januari 2019

Di Manakah Allah? Derajat Hadits Jariyah

A.     TEKS HADITS
Al-Imam Muslim rahimahullah berkata dalam Shahih-nya (no. 537):
Telah menceritakan kepada kami Abu Ja’far Muhammad bin Ash-Shabbah dan Abu Bakr bin Abi Syaibah (yang keduanya berdekatan dalam lafadh hadits tersebut), mereka berdua berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ibrahim, dari Hajjaj Ash-Shawaf, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Hilal bin Abi Maimunah, dari ‘Atha’ bin Yasar, dari Mu’awiyyah bin Al-Hakam As-Sulami, ia berkata: “…..Aku mempunyai seorang budak wanita yang menggembalakan kambingku ke arah gunung Uhud dan Jawwaniyyah. Pada suatu hari aku memantaunya, tiba-tiba ada seekor serigala yang membawa lari seekor kambing yang digembalakan budakku itu. Aku sebagaimana manusia biasa pun marah sebagaimana orang lain marah (melihat itu). Namun aku telah menamparnya, lalu aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau pun menganggap besar apa yang telah aku lakukan. Aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, apakah aku harus memerdekakannya?’. Beliau menjawab: ‘Bawalah budak wanita itu kepadaku’. Aku pun membawanya kepada beliau. Lalu beliau bertanya kepada budak wanita itu: ‘Di manakah Allah?’. Ia menjawab: ‘Di langit’. Beliau bertanya lagi: ‘Siapakah aku?’. Ia menjawab : ‘Engkau adalah utusan Allah (Rasulullah)’. Beliau pun bersabda: ‘Bebaskanlah, sesungguhnya ia seorang wanita beriman”. [Selain Muslim, hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad 5/447, Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 11/19-20 dan Al-Musnad no. 825, An-Nasa’i no. 1218, Abu Dawud no. 930 & 3276, Ibnu Hibban no. 165 & 2247, Ibnu Abi ‘Aashim dalam Al-Ahadul-Matsani no. 1398-1399, Ath-Thabarani dalam Al-Kabir 19/398-399, Ibnul-Jarud no. 212, dan yang lainnya].

B.     DERAJAT HADITS
Al-Baghawi setelah membawakan hadits Mu’awiyyah bin Al-Hakam As-Sulami secara lengkap (termasuk kisah jariyyah) berkata:
“Ini adalah hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Bakr bin Abi Syaibah, dari Isma’il bin Ibrahim, dari Hajjaj” [Syarhus-Sunnah, 3/239, tahqiq/ta’liq/takhrij : Syu’aib Al-Arna’uth & Zuhair Syawisy; Al-Maktab Al-Islami, Cet. 2/1403].

Adz-Dzahabi berkata saat mengomentari hadits Mu’awiyyah bin Al-Hakam As-Sulami radliyallahu ‘anhu di atas :
“Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh jama’ah perawi tsiqah dari Yahya bin Abi Katsir, dari Hilal bin Abi Maimunah, dari ‘Atha’ bin Yasar, dari Mu’awiyyah As-Sulami. Dikeluarkan oleh Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, dan lainnya dari kalangan para imam yang memuatnya pada karya-karya mereka. Semuanya memberlakukannya sebagaimana datangnya, tidak ada yang coba-coba melakukan ta’wil dan tahrif” [Al-‘Ulluw lil-‘Aliyyil-Ghaffar, hal. 16-17, tashhih : ‘Abdurrahman bin Muhammad ‘Utsman; Al-Maktabah As-Salafiyyah, Cet. 2/1388].

Al-Baihaqi berkata: “Hadits ini shahih, dikeluarkan Muslim”. [Al-Asma’ wa Sifat (hal. 532-533 cet. Dar Kutub ‘ilmiyyah)]

Imam Al-Ashbahani berkata: “Dan sungguh telah shahih dari Nabi bahwasanya beliau bertanya kepada seorang budak wanita yang akan dibebaskan oleh tuannya: Dimana Allah? Jawab budak tersebut: Di atas langit….”. [Al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah (2/118)]

Ibnu Qudamah berkata: “Hadits ini shahih”. [Itsbat Sifatil Uluw hal. 47]

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: “Hadits shahih, diriwayatkan Muslim”. [Fathul Bari syarh Shahih Bukhari (13/359)]

Al-Wazir al-Yamani berkata: “Hadits ini tsabit (shahih), diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya”. [Al-Qowashim wal ‘Awashim (1/379-380)]

Syaikh Albani berkata: “Hadits ini disepakati keabsahannya oleh para ulama muslimin semenjak dahulu hingga sekarang dan dijadikan hujjah oleh imam-imam besar seperti Malik, Syafi’i, Ahmad dan lainnya. Dan dishahihkan oleh Muslim, Abu Awanah, Ibnu Jarud, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan orang-orang yang mengikuti mereka dari para pakar dan sebagian mereka adalah para pentakwil seperti Al-Baihaqi, Al-Baghawi, Ibnul Jauzi, Adz-Dzahabi, (Ibnu Hajar) Al-Asqalani dan lainnya. Lantas bagaimana pendapat seorang muslim yang berakal terhadap orang jahil dan sombong yang menyelishi para imam dan pakar tersebut, bahkan mencela lafadz Nabi yang telah dishahihkan oleh para ulama tersebut?!”. [Silsilah Ahadits As-Shahihah (1/11)]

C.      FIKIH HADITS
Adz-Dzahabi berkata: "Dan demikian ra'yu kami (setuju dengan hadits) setiap orang yang ditanya : "Di mana Allah ? "Dia segera dengan fitrahnya menjawab : Di atas langit!. Di dalam hadits ini ada dua masalah : Pertama : Disyariatkan pertanyaan seorang muslim : Dimana Allah?. Kedua : Jawaban orang yang ditanya : (Allah) di atas langit! Maka barangsiapa yang mengingkari dua masalah ini berarti ia telah mengingkari Al-Musthafa (Nabi) shollallahu ‘alaihi wasallam". [Al-‘Ulluw lil-‘Aliyyil-Ghaffar oleh Adz-Dzahabi, diringkas oleh syaikh Albani dalam Mukhtashar Al ’Ulluw hal. 81]

Ad-Darimi berkata: “Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa seorang apabila tidak mengetahui kalau Allah itu di atas langit bukan di bumi maka dia bukan seorang mukmin. Apakah anda tidak tahu bahwa Nabi menjadikan tanda keimanannya adalah pengetahuannya bahwa Allah di atas langit?!! Dan dalam pertanyaan Nabi “Di mana Allah“ terdapat bantahan ucapan sebagian kalangan yang mengatakan bahwa Allah berada di setiap tempat, tidak disifati dengan “di mana”, sebab sesuatu yang ada di mana-mana tidak mungkin disifati “di mana”. Seandainya Allah ada di mana-mana sebagaimana anggapan para penyimpang, tentu Nabi akan mengingkari jawabannya…”. [Ar-Radd ala Jahmiyyah oleh Utsman Ad-Darimi hal. 46-47]

Al-Baihaqi dalam kitabnya "Manaaqib Asy-Syaafi'i" menukil perkataan Imam Asy-Syafi'i tentang persyaratan budak mukmin yang bisa dimerdekakan sebagai kaffaroh: Imam Asy-Syafi'i rahimahullah berkata, "Dan yang lebih aku sukai jika ia menguji sang budak tentang pengakuannya terhadap hari kebangkitan setelah kematian dan yang semisalnya". Dan Imam Asy-Syafi’i menyebutkan hadits Mu'aawiyah bin Al-Hakam, bahwasanya ia berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata tentang budak wanita yang ditampar olehnya, "Apakah wajib bagiku untuk membebaskan seorang budak?". Maka Rasulullah bertanya kepada budak wanita tersebut, "Dimanakah Allah?". Sang budak berkata, "Di langit". Lalu Rasulullah bertanya lagi, "Siapakah saya?". Maka sang budak wanita berkata, "Anda adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam". Maka Rasulullah berkata, "Bebaskan budak wanita ini" [Manaqib Asy-Syafi'i oleh Al-Baihaqi 1/394]

Hadits budak wanita juga diriwayatkan oleh Imam Asy-Syafi’i di dalam kitab al-‘Umm juz 5 halaman 298. Mengenai periwayatan Imam Asy-Syafi’i tersebut, Imam Abu Utsman Ash-Shabuni menyatakan di dalam kitabnya ‘Aqidatus Salaf Ashabul Hadits: “Asy-Syafi’i –semoga rahmat Allah atasnya- berhujjah terhadap para penentang yang menyatakan bolehnya memerdekakan budak kafir dengan khabar (hadits) ini karena keyakinan beliau bahwa Allah Subhaanahu Wa Ta’ala di atas makhluk-makhluk-Nya, dan di atas tujuh langit di atas ‘Arsy-Nya sebagaimana keyakinan kaum muslimin Ahlussunnah wal Jama’ah baik yang terdahulu maupun kemudian, karena beliau (Asy-Syafi’i) tidaklah meriwayatkan khabar (hadits) yang shahih kemudian tidak berpendapat dengan (hadits) tersebut. Telah mengkhabarkan kepada kami al-Haakim Abu Abdillah rahimahullah (dia berkata) telah mengkhabarkan kepada kami Abul Walid Hasan bin Muhammad al-Faqih (dia berkata) telah memberitakan kepada kami Ibrahim bin Mahmud dia berkata aku mendengar Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata: Aku mendengar Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: Jika kalian melihat aku mengucapakan suatu ucapan sedangkan (hadits) yang shahih dari Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam bertentangan dengannya, maka ketahuilah bahwasanya akalku telah pergi.”

Ibnul Qoyyim berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bertanya: “Di mana Allah?” Lalu dijawab oleh yang ditanya bahwa Allah berada di atas langit. Nabi pun kemudian ridha akan jawabannya dan mengetahui bahwa itulah hakekat iman kepada Allah dan beliau juga tidak mengingkari pertanyaan ini atasnya. Adapun kelompok Jahmiyyah, mereka menganggap bahwa pertanyaan “Dimana Allah?” seperti halnya pertanyaan: Apa warnanya, apa rasanya, apa jenisnya dan apa asalnya dan lain sebagainnya dari pertanyaan yang mustahil dan batil!”. [I’lamul Muwaqqi’in oleh Ibnul Qayyim (3/521)]

Syaikh Albani rahimahullah berkata: “Hadits ini merupakan cemeti dahsyat  bagi orang-orang yang meniadakan sifat-sifat Allah, karena hampir saja engkau tidak bertanya kepada seorang di antara mereka dengan pertanyaan di mana Allah? Kecuali mereka langsung mengingkarimu! Si miskin (jahil) ini tidak tahu bahwa sebenarnya dia telah mengingkari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah melindungi kita semua dari ilmu kalam (filsafat)”. [Irwaul Ghalil oleh Syaikh Albani (1/113)]

Abdul Ghani Al-Maqdisi rahimahullah berkata:
“Dan termasuk kebodohan yang paling bodoh, akal yang paling lemah, dan jalan yang paling sesat adalah orang yang mengatakan tidak diperbolehkannya untuk berkata : ‘Dimanakah Allah?’, setelah adanya kejelasan dari shaahibusy-syarii’ah (yaitu Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam) dengan sabdanya : ‘Dimanakah Allah?” [Al-Iqtishaad fil-I’tiqaad oleh ‘Abdul-Ghaniy Al-Maqdisiy, hal. 89, tahqiq : Dr. Ahmad bin ‘Athiyyah Al-Ghaamidiy; Maktabah Al-‘Uluum wal-Hikam, Cet. 1/1414 H]

Abul-Mutharrif ‘Abdurrahman bin Harun Al-Qanaza’i Al-Maliki rahimahullah berkata :
“Dan dalam hadits ini – yaitu hadits budak wanita hitam – terdapat penjelasan bahwasannya Allah tabaaraka wa ta’ala berada di atas langit, di atas ‘Arsy-Nya. Dan Dia berada di setiap tempat dengan ilmu-Nya...” [Syarh Al-Muwaththa’, hal. 269 – melalui perantaraan Masailul-‘Aqidah Allati Qararaha Aimmatul-Malikiyyah, hal. 184].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar