Pahala Milyaran dalam Sekejap Hitungan Detik Mendoakan Ampunan Untuk Semua Orang Beriman

Jumat, 08 Mei 2015

Akidah Ibnu Khuzaimah



A. SIFAT ISTIWAA’ DAN ‘ULLUW ALLAH DI ATAS MAKHLUK-NYA (ALLAH DI ATAS ARSY DI ATAS LANGIT KE-7)
Imam Ibnu Khuzaimah berkata:
من لم يُقرّ بأن الله تعالى على عرشه قد استوى فوق سبع سمواته فهو كافر بربه، يُستتاب فإن تاب وإلا ضُربت عنقه
“Barangsiapa yang tidak mengatakan bahwasannya Allah ta’ala di atas ‘Arsy, di atas tujuh lagit, maka ia telah kafir terhadap Rabbnya. Ia diminta untuk bertaubat. Jika mau bertaubat, maka diterima, jika tidak, dipenggal lehernya” (Ma’rifatu ‘Uluumil-Hadiits oleh Imam Al Hakim hal. 285, shahih).

Imam Ibnu Khuzaimah berkata : "Aisyah radhiallahu 'anhaa berkata : "Maha suci Allah yang pendengaran-Nya meliputi semua suara". Maka Allah mendengar perkataan sang wanita yang mengajukan gugatan, padahal Dia berada di atas langit yang tujuh beristiwa di atas 'arsy-Nya. Sementara terluputkan sebagian perkataannya pada orang yang hadir dihadapannya atau yang dekat denganya" (Kitaab At-Tauhiid wa Itsbaat Sifaat Ar-Robb 'Azza wa Jalla oleh Ibnu Khuzaimah,  1/107, tahqiq : DR. Abdul Aziz Syahwaan)

Beliau mengomentari hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : "Dan jika kalian meminta kepada Allah maka mintalah surga Firdaus, karena ia adalah bagian tengah surga dan yang paling tertinggi. Dan diatasnya ada 'Arsy nya Ar-Rahman, dan darinya mengalir sungai-sungai surga" (Shahih Al-Bukhari), beliau berkata : "Maka kabar riwayat hadits ini jelas menunjukkan bahwasanya 'Arsy Robb kita berada di atas surganya, dan Allah telah mengabarkan kepada kita bahwasanya Ia beristiwaa' di atas 'Arsy-Nya. Maka pencipta kita tinggi di atas 'arsy-Nya yang berada di atas surga-Nya" (Kitaab At-Tauhiid wa Itsbaat Sifaat Ar-Robb 'Azza wa Jalla oleh Ibnu Khuzaimah 1/241)

Beliau juga berkata : "Maka hadits-hadits ini seluruhnya menunjukkan bahwa Pencipta berada di atas langit yang tujuh. Hal ini tidak sebagaimana yang dipersangkakan oleh Al-Mu'atthilah (para penafi/penolak sifat-sifat Allah-pen) bahwasanya sesembahan mereka bersama mereka di rumah-rumah mereka" (Kitaab At-Tauhiid wa Itsbaat Sifaat Ar-Robb 'Azza wa Jalla oleh Ibnu Khuzaimah 1/273)

Ibnu Khuzaimah berkata dalam kitabnya At-Tauhid : "Kami beriman dengan khabar dari Allah Jalla wa A'laa (yang Maha Besar dan Maha Tinggi) sesungguhnya pencipta kami (Allah) Ia istiwaa di atas 'Arsy-Nya. Kami tidak akan mengganti/mengubah Kalam (firman) Allah dan kami tidak akan mengucapkan perkataan yang tidak pernah dikatakan (Allah) kepada kami sebagaimana (kaum) Jahmiyyah yang menghilangkan sifat-sifat Allah, dengan mengatakan "Sesungguhnya Ia (Allah) istawla (menguasai) 'Arsy-Nya tidak istiwaa!". Maka mereka telah mengganti perkataan yang tidak pernah dikatakan (Allah) kepada mereka seperti perbuatan Yahudi tatkala mereka diperintah mengucapkan : "Hith-thatun (ampunkanlah dosa-dosa kami)" Tetapi mereka mengucapkan : "Hinthah (gandum).?". Mereka (kaum Yahudi) telah menyalahi perintah Allah yang Maha Besar dan Maha Tinggi, begitu pula dengan (kaum) Jahmiyyah". (At-Tauhiid wa Itsbaati Shifaatir-Rabb ‘Azza wa Jalla oleh Ibnu Khuzaimah, hal. 101).

Allah berfirman: "Apakah kamu merasa aman terhadap Dzat yang di atas langit, bahwa Ia akan menenggelamkan ke dalam bumi, maka tiba-tiba ia (bumi) bergoncang ? Ataukah kamu (memang) merasa aman terhadap Dzat yang di atas langit bahwa Ia akan mengirim kepada kamu angin yang mengandung batu kerikil ? Maka kamu akan mengetahui bagaimana ancaman-Ku". (QS. Al-Mulk : 16-17).
Ibnu Khuzaimah -setelah membawakan dua ayat di atas di kitabnya At-Tauhid berkata: "Bukankah Dia telah memberitahukan kepada kita -wahai orang yang berakal- yaitu : apa yang ada diantara keduanya sesungguhnya Dia di atas langit". (At-Tauhiid wa Itsbaati Shifaatir-Rabb ‘Azza wa Jalla oleh Ibnu Khuzaimah, hal. 115).

Berkata Ibnu Khuzaimah di kitabnya "At-Tauhid" (hal : 111): "Tidaklah kalian mendengar firman pencipta kita 'Azza wa Jalla yang mensifatkan diri-Nya : "Dan Dialah (Allah) yang Maha Kuasa di atas hamba-hamba-Nya". (Al-An'am : 18 & 61).

Ibnu Khuzaimah berkata di kitabnya : "Tidakkah kalian mendengar wahai penuntut ilmu. Firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala kepada Isa bin Maryam : "Wahai Isa ! Sesungguhnya Aku akan mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku" (Ali Imran : 55) Ibnu Khuzaimah menerangkan : Bukankah "mengangkat" sesuatu itu dari bawah ke atas (ke tempat yang tinggi) tidak dari atas ke bawah!. Dan firman Allah 'Azza wa Jalla. Artinya : "Tetapi Allah telah mengangkat dia (yakni Nabi Isa) kepada-Nya" (An-Nisa' : 158).  Karena "Ar-raf'ah" = mengangkat dalam bahasa Arab yang dengan bahasa mereka kita diajak berbicara (yakni Al-Qur'an) dalam bahasa Arab yang hanya dapat diartikan dari bawah ke tempat yang tinggi dan di atas" (At-Tauhiid wa Itsbaati Shifaatir-Rabb ‘Azza wa Jalla oleh Ibnu Khuzaimah, hal. 111).

Ibnu Khuzaimah berkata tentang firman Allah Ta’ala QS. Al-Ghaafir ayat 36-37 :
وفي قوله {وإني لأظنه كاذبا} دلالة على أن موسى قد كان أعلمه أن ربه جلا وعلا أعلى وفوق
“Dan dalam firman-Nya : ‘dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta’ (QS. Ghaafir : 37) merupakan petunjuk bahwasannya Musa memberitahukan kepadanya (Fir’aun) bahwa Rabbnya adalah Tinggi dan di atas (segala sesuatu)” (At-Tauhiid wa Itsbaati Shifaatir-Rabb ‘Azza wa Jalla oleh Ibnu Khuzaimah, 1/264).


B. SIFAT NUZUUL DAN KAIFIYYAH (ALLAH TURUN KE LANGIT TERENDAH TIAP 1/3 MALAM AKHIR)
Ibnu Khuzaimah berkata dalam kitabnya At Tauhid: “Bab penyebutan hadits-hadits yang shahih sanad dan matan-nya.”
رواها علماء الحجاز والعراق عن النبي في نزول الرب جل وعلا إلى السماء الدنيا كل ليلة، نشهد شهادة مقر بلسانه، مصدق بقلبه، مستيقن بما في هذه الأخبار من ذكر نزول الرب من غير أن نصف الكيفية، لأن نبينا المصطفى لم يصف لنا كيفية نزول خالقنا إلى سماء الدنيا، وأعلمنا أنه ينزل، والله جل وعلا لم يترك، ولا نبيه عليه السلام بيان ما بالمسلمين الحاجة إليه من أمر دينهم، فنحن قائلون مصدقون بما في هذه الأخبار من ذكر النزول غير متكلفين القول بصفته أو بصفة الكيفية إذ النبي لم يصف لنا كيفية النزول
“Para ulama Hijaaz dan ‘Iraaq telah meriwayatkan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam hadits tentang turunnya Rabb jalla wa ‘alaa ke langit dunia pada setiap malam. Kami bersaksi dengan satu persaksian yang terucap oleh lisan dan dibenarkan oleh hati, meyakini seluruh khabar yang menyebutkan turunnya Rabb tanpa mensifatkan adanya kaifiyyah. Hal itu dikarenakan Nabi kita Al-Mushthafaa tidak menjelaskan kepada kami kaifiyah turunnya Allah ke langit dunia. Namun kami mengetahui bahwasannya Allah itu turun. Dan Allah jalla wa ‘alaa dan Nabi-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak meninggalkan penjelasan yang dibutuhkan kaum muslimin dari perkara agama mereka. Kami adalah orang-orang yang mengatakan dan membenarkan khabar-khabar ini tentang penyebutan an-nuzuul tanpa memperberat diri dalam perkataan tentang sifat-Nya atau sifat kaifiyyah saat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak menjelaskan kepada kami kaifiyah turunnya (Allah)” (At-Tauhiid wa Itsbaati Shifaatir-Rabb ‘Azza wa Jalla oleh Ibnu Khuzaimah 2/289-290).


C.  PERMASALAHAN TASYBIIH (MENYERUPAKAN ALLAH DENGAN MAKHLUK)
نحن نقول: إن الله سميع بصير كما أعلمنا خالقنا وبارؤنا، ونقول: من له سمع وبصر من بني آدم فهو سميع بصير، ولا نقول أن هذا تشبيه المخلوق بالخالق
“Kami berkata : Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat sebagaimana Khaaliq kami telah memberitahukan kepada kami. Kami berkata kepada orang yang mempunyai pendengaran dan penglihatan : ‘Bahwasannya Ia Maha Mendengar lagi Maha Melihat’. Kami tidak mengatakan hal ini sebagai bentuk penyerupaan makhluk kepada Khaaliq” (At-Tauhiid wa Itsbaati Shifaatir-Rabb ‘Azza wa Jalla oleh Ibnu Khuzaimah, 1/61).


D. SIFAT RU’YAH (MELIHAT ALLAH DI AKHIRAT)
Ibnu Khuzaimah berkata dalam kitab beliau, At-Tauhiid wa Itsbaati Shifaatir-Rabb ‘Azza wa Jalla:
باب ذكر البيان إن رؤية الله التي يختص بها أولياءه يوم القيامة هي التي ذكر في قوله { وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ * إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ}
ويفضل بهذه الفضيلة أولياءه من المؤمنين، ويُحجب جميع أعدائه عن النظر إليه من مشرك ومتهود ومتنصر ومتمجس ومنافق كما أعلم في قوله {كلا إنهم عن ربهم يومئذ لمحجوبون}،
“Bab : Penyebutan penjelasan bahwasannya ru’yatullah (melihat Allah) yang dikhususnya denganya para wali-Nya pada hari kiamat yang disebutkan dalam firman-Nya : Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat” (QS. Al-Qiyaamah : 22-23). Dan Allah melebihkan para wali-Nya dari kalangan orang-orang yang beriman dengan kelebihan ini. Dan Allah akan menghijab seluruh musuh-musuh-Nya dari kalangan orang-orang musyrik, Yahudi, Nashrani, Majusi, dan munafiq untuk melihat-Nya; sebagaimana diketahui dalam firman-Nya : Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka’ (QS. Al-Muthaffifiin : 15)”.


E. PERKATAAN PARA ULAMA TENTANG IBNU KHUZAIMAH
Ibnu Hibban berkata :
كان -رحمه الله- أحد أئمة الدنيا علما وفقها وحفظا وجمعا واستنباطا، حتى تكلم في السنن بإسناد لا نعلم سبق إليها غيره من أئمتنا، مع الإتقان الوافر والدين الشديد إلى أن توفى رحمه الله
“Ia – rahimahullah – salah seorang imam dunia dalam ilmu, kefaqihan, hapalan, pengumpulan (ilmu-ilmu), dan istinbaath. Hingga, ia mampu berkata/meriwayatkan hadits-hadits dengan sanad yang kami tidak mengetahui ada orang yang mendahuluinya dari kalangan imam-imam kami; bersamaan dengan pengetahuannya yang sempurna dan kebenaran agamanya hingga ia meninggal dunia, rahimahullaah” (Ats-Tsiqaat oleh Ibnu Hibbaan, 9/156).
ما رأيتُ على وجه الأرض من يحفظ صناعة السنن، ويحفظ ألفاظها الصحاح، وزياداتها، حتى كأنَّ السنن كلها بين عينيه إلا محمد بن إسحاق بن خزيمة فقط
“Aku tidak pernah melihat di muka bumi orang yang menghapal hadits-hadits, menghapal lafadh-lafadh shahihnya, dan penambahannya hingga seakan-akan seluruh hadits berada di depan matanya, selain dari Muhammad bin Ishaaq bin Khuzaimah saja” (Siyaru A’laamin-Nubalaa’ oleh Adz-Dzahabi, 14/372).

Ad-Daaruquthni berkata :
كان ابن خزيمة إمامًا ثبتًا معدوم النظير
“Ibnu Khuzaimah adalah seorang imam yang tsabat, tidak ada bandingannya” [Suaalaat As-Sulamiy lid-Daaruquthniy, hal 101].

Abu ‘Abdillah Al-Hakim berkata :
فضائل هذا الإمام مجموعة عندي في أوراق كثيرة، وهي أكثر وأشهر من أن يحتملها هذا الموضع
“Keutamaan imam ini terkumpul padaku dalam banyak kertas. Hal itu lebih banyak dan lebih terkenal/masyhur dari yang disebutkan di tempat ini” (Ma’rifatu ‘Uluumil-Hadiits oleh Al-Haakim, hal. 284).

Ibnu Abi Haatim pernah ditanya tentang Ibnu Khuzaimah, lalu ia berkata :
ويْحَكُم! هو يُسال عنّا ولا نُسال عنه ! هو إمام يُقتدى به
“Celaka kamu, ia lah yang seharusnya ditanya tentang kami, dan bukan kami yang ditanya tentangnya. Ia adalah seorang imam yang diteladani” (Siyaru A’laamin-Nubalaa’ oleh Adz-Dzahabi, 14/377).

Abu Sa’d As-Sam’aani berkata :
اتفق أهل عصره على تقدمه في العلم...وكان أدرك أصحاب الشافعي وتفقه عليهم
“Orang-orang di jamannya telah sepakat mendahulukannya dalam hal ilmu….. dan ia pernah menjumpai shahabat-shahabat Syaafi’iy dan belajar kepada mereka” (Al-Ansaab, 2/362).

Abul-‘Abbaas bin Suraij berkata :
يُخْرِج النُّكت من حديث رسول الله صلى الله عليه وآله بالمِنقَاش
“Ia mengeluarkan intisari/faedah dari hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam dengan pahat” (Ma’rifatu ‘Uluumil-Hadiits oleh Al-Haakim, hal. 283).

Muhammad bin Sahl Ath-Thuusiy berkata :
سمعت الربيع بن سليمان وقال لنا: هل تعرفون ابن خزيمة؟ قلنا: نعم. قال: استفدنا منه أكثر مما استفاد منا
“Aku pernah mendengar Ar-Rabii’ bin Sulaimaan, dan ia berkata kepada kami : ‘Apakah kalian mengetahui Ibnu Khuzaimah ?’. Kami berkata : ‘Ya’. Ia berkata : ‘Kami lebih banyak mengambil faedah darinya, daripada ia mengambil faedah dari kami” (Siyaru A’laamin-Nubalaa’ oleh Adz-Dzahabi, 14/371).

Al-Haafidh Abu ‘Aliy An-Naisaabuuriy berkata :
كان ابن خزيمة يحفظ الفقهيات من حديثه كما يحفظ القارئ السورة
“Ibnu Khuzaimah menghapal permasalahan-permasalahan fiqh dari haditsnya sebagaimana ia seorang qaari’ menghapal satu surat (dalam Al-Qur’an)” (Siyaru A’laamin-Nubalaa’ oleh Adz-Dzahabi, 14/372).
لم أر أحدًا مثل ابن خزيمة
“Aku tidak pernah melihat seorang pun yang semisal dengan Ibnu Khuzaimah”.
Adz-Dzahabi memberikan komentar atas perkataan di atas :
يقول مثل هذا وقد رأى النسائي
“Ia telah berkata semisal dengan ini padahal ia pernah melihat An-Nasaa’iy” (Siyaru A’laamin-Nubalaa’ oleh Adz-Dzahabi, 14/372-373).

Adz-Dzahabi berkata :
عنى في حداثته بالحديث والفقه، حتى صار يُضرب به المَثل في سعة العلم والاتقان
“Ia menyibukkan diri di masa mudanya dengan hadits dan fiqh, hingga menjadi patokan dalam keluasan ilmu dan itqaan” (Siyaru A’laamin-Nubalaa’ oleh Adz-Dzahabi, 14/365).
لابن خزيمة عظمة في النفوس، وجلالة في القلوب لعلمه ودينه، واتباعه السنة
“Ibnu Khuzaimah mempunyai kebesaran jiwa dan keagungan hati karena ilmu dan (kebaikan) agamanya, serta sikap ittiba-nya terhadap sunnah” (Siyaru A’laamin-Nubalaa’ oleh Adz-Dzahabi, 14/374).

Ibnu Katsir berkata :
كان بحرًا من بحور العلم، طاف البلاد ورحل إلى الآفاق في الحديث وطلب العلم، فكتب الكثير وصنف وجمع، وكتابه الصحيح من أنفع الكتب وأجلها، وهو من المجتهدين في دين الاسلام، حكى الشيخ أبو إسحاق الشيرازي في طبقات الشافعية عنه أنه قال: ما قلدتُ أحدًا منذ بلغت ست عشرة سنة
“Ia adalah laut dari lautan ilmu, mengembara ke berbagai negeri untuk mencari hadits dan ilmu. Lalu ia banyak mencatatnya, menulisnya, dan mengumpulkannya. Dan kitabnya Ash-Shahiih adalah kitab yang paling besar dan bermanfaat. Ia termasuk mujtahid dalam agama Islam. Asy-Syaikh Abu Ishaaq Asy-Syiiraaziy menghikayatkan dalam Thabaqaat As-Syaafi’iyyah darinya (Ibnu Khuzaimah), bahwasannya ia pernah berkata : ‘Aku tidak pernah bertaqlid kepada siapapun sejak aku berusia 16 tahun” (Al-Bidaayah wan-Nihaayah oleh Ibnu Katsir, 11/170).

Ibnu ‘Abdil-Haadi berkata :           
الحافظ الثبت، إمام الأئمة، وشيخُ الإسلام، أبو بكر، محمد بن إسحاق بن خزيمة
“Seorang haafidh yang tsabat, imamnya para imam, syaikhul-Islaam, Abu Bakr Muhammad bin Ishaaq bin Khuzaimah” (Thabaqaat ‘Ulamaa Al-Hadiits, 2/441).

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah dalam kitabnya Al-Majmuu' berulang-ulang menyebut gelar beliau dengan Imaamul A'immah (Imamnya para imam).
Diantaranya An-Nawawi berkata: 'Dan telah kami riwayatkan dari Al-Imam Abu Bakr Muhammad bin Ishaq ibn Khuzaimah, yang ma'ruuf (dikenal) dengan imaamul a'immah/imamnya para imam. Dan beliau telah mencapai puncak yang tinggi dalam menghafal hadits dan mengenal sunnah" (Al-Majmuu' 1/28).
Demikian pula As-Subki menyebutnya sebagai Al-Mujtahid Al-Mutaq (Tobaqoot Asy-Syaafi'iyah Al-Kubro 3/109). Dan masih banyak sanjungan para ulama terhadap Al-Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah. (Silahkan lihat biografi beliau di Siyar A'laam An-Nubalaa karya Adz-Dzahabi 14/365-383 dan Thobaqoot Asy-Syaafi'iyyah Al-Kubro karya As-Subki 3/109-119)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar