Alhamdulillah, segala puji milik
Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –shallallahu
'alaihi wasallam- keluarga dan para sahabatnya.
Istighfar memiliki keutamaan yang
agung dan banyak sekali. Istighfar bisa menjadi sebab datangnya keberkahan pada
rizki, keturunan, dan kekuatan. Istighfar juga menjadi sebab turunnya
pertolongan Allah dan solusi dari problematika yang dihadapi hamba. Cukup
banyak nash Al-Qur'an dan hadits menerangkannya.
Perintah istighfar bukan saja
ditujukan untuk dosa mustaghfir (orang yang beristighfar). Tapi juga
diperintahkan untuk dimintakan bagi saudara seiman. Sejumlah ayat menunjukkan
akan anjuran istighfar model ini.
Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman kepada Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam,
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad: 19)
Tentang keutamaan istighfar untuk
kaum mukminan ini ditunjukkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ubadah bin Al
Shamit radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Siapa yang beristighfar (memintakan ampunan) untuk orang-orang beriman
laki-laki dan perempuan maka Allah mencatat kebaikan untuknya sebanyak kaum mukminin
dan mukminat.” (HR. At-Thabrani
dalam Al Mu’jamal Kabir juz 19 (909) dan Musnad Al Syamiyyin (2155). Dihasankan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’. Al-Haitsami berkata tentangnya
dalam Majma’ al-Zawaid juz 10 hlm. 210: sanad hadits ini jayyid (baik))
Hadits ini menunjukkan betapa
besarnya pahala memohonkan ampun bagi kaum mukiminin dan mukminah, yaitu akan
ditulis satu kebajikan (pahala) dari tiap mukmin dan mukminah. Lalu bagaimana
bila jumlah kaum mukmin dan mukminah berjumlah jutaan bahkan milyaran.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa yang tidak memiliki
harta yang dapat ia sedekahkan, maka hendaklah memohonkan ampunan bagi
orang-orang yang beriman, karena sesungguhnya hal tersebut adalah sedekah.”
(HR. At Thabrani dalam Kitab Ad Du’a (1849) dan Al Mu’jam Al Ausath (2693),
hadits hasan)
Mendoakan kebaikan untuk
saudaranya seiman sangat ditekankan dalam Islam. Siapa yang mendoakan saudara
muslimnya tanpa diketahui oleh yang didoakan maka ada malaikat yang mengaminkan
doanya tersebut dan mendoakan kebaikan semisalnya untuk dirinya.
Dari sahabat Abu Darda’ radhiyallahu
'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda,
“Sesungguhnya do’a seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya
tidak mengetahuinya adalah doa’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisi orang
yang akan mendo’akan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan
do’anya. Tatkala dia mendo’akan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut
akan berkata: Aamiin. Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi.”
(Ash Shohihah (1399), HR. Muslim: 48-Kitab Adz Dzikr wad Du’aa’, hal. 88)
Imam Nawawi berkata: “Dalam
hadits ini ada sebuah keutamaan do’a bagi saudaranya tanpa sepengetahuan orang
yang dido’akannya. Seandainya seseorang berdo’a untuk satu kelompok umat Islam,
maka ia akan mendapatkan pahala yang telah ditetapkan, dan seandainya ia
berdo’a untuk seluruh kaum muslimin, maka yang aku fahami, ia pun mendapatkan
pahala yang telah ditentukan.” (Syarh Shahih Muslim oleh an-Nawawi (XVII/49))
Ibnu Hibban membuat sebuah bab
dalam Shahihnya dengan judul: “Anjuran untuk Memperbanyak Berdo’a kepada
Saudara Sesama Muslim Tanpa Sepengetahuan Orang yang Dido’akan, dengan Harapan
Permohonan untuk Keduanya Dikabulkan.” (Al-Ihsaan fii Taqriibi Shahih Ibni
Hibban kitab ar-Raqaa-iq bab al-Ad’iyah (III/278)
Al-Qadhi ‘Iyadh berkata: “Jika
generasi salaf hendak berdo’a untuk dirinya sendiri, mereka juga berdo’a untuk
saudaranya sesama muslim dengan do’a tersebut, karena do’a tersebut adalah do’a
yang mustajab, dan dia pun akan mendapatkan apa yang didapatkan oleh saudaranya
sesama muslim.” (Syarh Shahih Muslim oleh an-Nawawi (XVII/49) dan Syarh
ath-Thaibi (V/1707)
Berdoa memintakan ampunan untuk
semua orang beriman ini dipraktekkan oleh para nabi terdahulu. Sudah sepatutnya
kita mengikuti jejak para nabi tersebut agar kita juga ikut mendapatkan
milyaran pahala sebanyak jumlah orang beriman laki-laki dan perempuan yang ada
di muka bumi ini, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, sejak
Nabi Adam ‘alaihis salam sampai akhir zaman nanti.
Doa Nabiyullah Ibrahim dan Nuh ‘alaihima
as-salam menjadi bukti akan keutamaan istighfar untuk kaum mukminin dan
mukminat.
“(Doa Nabi Ibrahim): Ya Rabb
kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin
pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (QS. Ibrahim: 41)
“(Doa Nabi Nuh): Ya Rabb-ku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang
masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan
perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang dzalim itu
selain kebinasaan.” (QS. Nuh: 28)
Allah mengabadikan sifat
Ahlussunnah wal Jama’ah dalam Al-Qur'an, yang salah satu sifat mereka suka
mendoakan kebaikan kepada saudara seiman mereka.
“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian
dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya
Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di
berkata dalam menafsirkan doa ini: “Ini adalah doa yang menyeluruh untuk semua
kaum Mukminin, baik mereka yang terlebih dahulu masuk Islam dari kalangan
Sahabat, juga kaum Mukmin sebelum mereka, dan masuk pula orang-orang Mukmin
setelah mereka. Ini adalah di antara keutamaan iman. Yaitu bahwa kaum Mukminin
saling memberikan manfaat satu sama lain. Mereka satu sama lain saling
mendoakan. Ini dikarenakan iman telah menyatukan mereka. Iman yang mempunyai
konsekuensi adanya ikatan persaudaraan di antara kaum Mukminin. Dan di antara
cakupan ikatan ini adalah saling mendoakan antara kaum Mukminin, seorang Mukmin
mendoakan untuk saudara Mukmin lainnya; agar saling mencintai antara sebagian
mereka dengan lainnya. Karena itulah, dalam doa ini Allah menafikan sifat
dengki yang bersarang di hati; baik dengki dalam porsi sedikit apalagi banyak.
Dan bila sifat dengki ini telah ditiadakan, ini berarti bahwa sifat
kebalikannya pun telah tertanam kuat; yaitu sifat saling mencintai di antara
sesama kaum Mukminin.” (Taisir al-Karim ar-Rahman)
Syaikh Muhammad bin ‘Alan ash-Shiddiqi mengomentari ayat ini dengan berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji mereka karena do’a-do’a mereka untuk saudara-saudara mereka kaum mukminin yang telah mendahului mereka, pujian tersebut ketika mereka sedang berdo’a.” (Daliilul Faalihiin li Thuruuqi Riyaadhish Shaalihiin (IV/307))
Mendoakan ampunan untuk semua
orang beriman merupakan suatu amalan mulia dengan jumlah pahala sebanyak orang
beriman. Amalan ini diamalkan oleh para Nabi dan orang shaleh terdahulu yang
hendaknya juga diikuti oleh setiap orang beriman. Sebagai doa penutup, semoga
Allah memberikan ampunan dan rahmat-Nya kepada kita dan semua orang yang
beriman. Aamiin.