Tanya:
Katanya tauhid dibagi tiga
(rububiyyah, uluhiyyah, asma’ dan sifat), siapa yang membagi demikian? Di kitab
apa? Jilid dan halaman?
(0500338261)
Jawab:
Tauhid terbagi menjadi 3 (Tauhid
rububiyyah, uluhiyyah, dan asma’ wa sifat) berdasarkan istiqra’ (penelitian
menyeluruh) terhadap dalil-dalil yang ada di dalam Al-Quran dan As-Sunnah,
sebagaimana ulama nahwu membagi kalimat di dalam bahasa arab menjadi 3: Isim,
fi’il, dan huruf, berdasarkan penelitian menyeluruh terhadap kalimat-kalimat
yang ada di dalam bahasa arab. (Lihat Kitab At-Tahdzir min Mukhtasharat Muhammad
Ash-Shabuny fii At-Tafsir karangan Syeikh Bakr Abu Zaid hal: 30,
cet. Darur Rayah- Riyadh )
Diantara dalil-dalil tauhid rububiyyah (pengesaan Allah dalam penciptaan, pembagian rezeki, dan pengaturan alam):
Firman Allah ta’ala:
Artinya: “Allah menciptakan segala
sesuatu.” (Qs. 39: 62)
Dan firman Allah ta’ala:
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang
melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Qs. 11:6)
Dan firman Allah ta’ala:
Artinya: Katakanlah:”Siapakah yang
memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan
siapakah yang mengatur segala urusan” Maka mereka menjawab: “Allah.” Maka katakanlah:
“Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (Qs. 10:31)
Diantara dalil-dalil tauhid uluhiyyah (pengesaan Allah
di dalam ibadah):
Firman Allah ta’alaa:
Artinya: “Hanya Engkaulah yang kami
sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (Qs.
1:5)
Dan firman Allah ta’alaa:
Artinya: Katakanlah: “Hanya Allah saja
yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agamaku.” (Qs. 39:14)
Dan firman Allah ta’alaa:
Artinya: Katakanlah: “Maka apakah kamu
menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak
berpengetahuan?” (Qs. 39:64)
Diantara dalil-dalil tauhid asma’ wa sifat (pengesaan
Allah di dalam nama-namanya yang husna (yang terbaik) dan sifat-sifat-Nya yang
tinggi):
Firman Allah ta’ala:
Artinya: “Katakanlah: “Serulah Allah atau
serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al
asmaaul husna (nama-nama yang terbaik).” (Qs. Al-Isra’:110)
Dan firman Allah ta’ala:
Artinya: “Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS.
42:11)
Dan firman Allah ta’alaa:
Artinya: “Dan Allah mempunyai permisalan
yang paling tinggi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(Qs. 16:60)
Terkumpul 3 jenis tauhid ini di dalam sebuah firman Allah:
Artinya: “Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada
di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat
kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia
(yang patut disembah).” (Qs. 19:65)
-Tauhid
rububiyyah tercantum dalam firman-Nya:
“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada
di antara keduanya.”
-Tauhid
uluhiyyah tercantum dalam firman-Nya:
“Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat
kepada-Nya.”
-Tauhid
asma’ wa sifat tercantum dalam firman-Nya:
“Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia
(yang patut disembah)?”
Kami sebutkan disini diantara ulama-ulama yang
menyebutkan pembagian ini baik secara jelas maupun dengan isyarat.
1. Imam Abu Ja’far Ath-Thahawy (wafat th. 321), di dalam muqaddimah kitab
beliau Al-Aqidah Ath-Thahawiyyah. Beliau berkata:
Artinya: “Kami mengatakan di dalam
pengesaan kepada Allah dengan meyakini: bahwa Allah satu tidak ada sekutu
bagi-Nya, tidak ada yang serupa dengan-Nya, tidak ada yang melemahkan-Nya, dan
tidak ada tuhan yang berhak disembah selain-Nya.
Perkataan beliau: “Tidak ada yang
serupa dengan-Nya.”: Ini termasuk tauhid Asma’ dan Sifat.
Perkataan beliau: “Tidak ada yang
melemahkan-Nya.”: Ini termasuk tauhid Rububiyyah.
Perkataan beliau: “Dan tidak ada
tuhan yang berhak disembah selain-Nya.”: Ini termasuk tauhid Uluhiyyah.
2. Ibnu Abi Zaid Al-Qairawany Al-Maliky (wafat th. 386 H), di dalam
muqaddimah kitab beliau Ar-Risalah Al-Fiqhiyyah hal. 75 (cet.
Darul Gharb Al-Islamy). Beliau mengatakan:
Artinya: “Termasuk diantaranya adalah
beriman dengan hati dan mengucapkan dengan lisan bahwasanya Allah adalah
sesembahan yang satu, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, tidak
ada yang serupa dengan-Nya dan tidak ada tandingan-Nya.”
Pencipta segala sesuatu, ketahuilah
bahwa Dia adalah pencipta hamba-hamba-Nya dan pencipta amalan-amalan mereka,
dan yang menakdirkan gerakan-gerakan mereka dan ajal-ajal mereka.”
Perkataan beliau: “Sesembahan yang
satu, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia.”: Ini termasuk tauhid
Uluhiyyah.
Perkataan beliau: “Tidak ada yang
serupa dengan-Nya dan tidak ada tandingan-Nya”: Ini termasuk tauhid Asma’ wa
Sifat.
Perkataan beliau: “Pencipta segala
sesuatu, ketahuilah bahwa Dia adalah pencipta hamba-hamba-Nya dan pencipta
amalan-amalan mereka, dan yang menakdirkan gerakan-gerakan mereka dan ajal-ajal
mereka.” : Ini termasuk tauhid Rubiyyah.
3. Ibnu Baththah Al-’Akbary (wafat th. 387 H), di dalam kitab beliau Al-Ibanah
‘an Syariatil Firqatin Najiyyah wa Mujanabatil Firaq Al-Madzmumah
(5 / 475)
Artinya: Dan yang demikian itu karena
pokok keimanan kepada Allah yang wajib atas para makhluk untuk meyakininya di
dalam menetapkan keimanan kepada-Nya ada 3 perkara:
Pertama: Hendaklah seorang hamba meyakini rabbaniyyah Allah
(kekuasaan Allah) supaya dia membedakan diri dari jalan orang-orang atheisme
yang mereka tidak menetapkan adanya pencipta.
Kedua: Hendaklah meyakini wahdaniyyah Allah (keesaan Allah
dalam peribadatan) supaya dia membedakan diri dari jalan orang-orang musyrik
yang mereka mengakui adanya pencipta alam kemudian mereka menyekutukan-Nya
dengan selain-Nya.
Ketiga: Hendaklah meyakini bahwasanya Dia bersifat dengan
sifat-sifat yang memang harus Dia miliki, seperti ilmu, qudrah (kekuasaan),
hikmah (kebijaksanaan), dan sifat-sifat yang lain yang Dia tetapkan di dalam kitab-Nya.
4. Abu Bakr Muhammad bin Al-Walid Ath-Thurthusyi (wafat th. 520 H), di
dalam muqaddimah kitab beliau Sirajul Muluk (1/1), beliau berkata:
Artinya: Dan aku bersaksi atas
rububiyyah-Nya dan uluhiyyah-Nya, dan atas apa-apa yang Dia bersaksi atasnya
untuk dirinya berupa nama-nama yang paling baik dan sifat-sifat yang tinggi dan
sempurna.
5. Al-Qurthuby (wafat th. 671 H), di dalam tafsir beliau (1/ 102),
beliau berkata ketika menafsirkan lafdzul jalalah ( الله) di dalam Al-Fatihah:
Artinya: Maka ( الله ) adalah nama untuk sesuatu yang
benar-benar ada, yang mengumpulkan sifat-sifat ilahiyyah (sifat-sifat sesuatu
yang berhak disembah), yang bersifat dengan sifat-sifat rububiyyah (sifat-sifat
sesuatu yang berkuasa), yang sendiri dengan keberadaan yang sebenarnya, tidak
ada sesembahan yang berhak disembah selain-Nya.
6. Syeikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithy (wafat th. 1393 H) di dalam Adhwaul
Bayan (3/111-112), ketika menafsirkan ayat Al-Isra’: 9
7. Syeikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz, diantaranya dalam kitab
beliau Kaifa Nuhaqqiqu At-Tauhid (hal. 18-28).
8. Syeikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, diantaranya dalam Fatawa
Arkanil Islam (hal. 9-17)
9. Syeikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-’Abbad Al-Badr (pengajar di Masjid
Nabawy), diantaranya dalam muqaddimah ta’liq beliau terhadap kitab Tathhir ul
I’tiqad ‘an Adranil Ilhad karangan Ash-Shan’any dan kitab Syarhush
Shudur fi Tahrim Raf’il Qubur karangan Asy-Syaukany (hal. 12-20)
10. Syeikh Abdul Aziz Ar-Rasyid, di dalam kitab beliau At-Tanbihat
As-Saniyyah ‘ala Al-Aqidah Al-Wasithiyyah (hal. 14)
11. Syeikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr, di dalam kitab beliau
Al-Mukhtashar Al-Mufid fi Bayani Dalaili Aqsamit Tauhid. Kitab ini
adalah bantahan atas orang yang mengingkari pembagian tauhid.
12. Dan lain-lain.
Wallahu ta’ala a’lam.
Ustadz Abdullah Roy, Lc.
Sumber:
tanyajawabagamaislam.blogspot.com